Menuju “Puasa Sejati”

Tanpa terasa dalam hitungan jam, jari dan waktu kita kaum muslimin dimanapun berada telah hampir memasuki penghujung Ramadhan di momentum Ramadhan 1438 Hijriyah ini. Semua fase tahapan dari sejak awal Ramadhan hingga tanpa disadari kita telah menjalankan ibadah puasa dihari yang 25 pada Selasa (20/6) ini. Itu artinya tinggal beberapa hari lagi ummat muslim dimanapun berada akan merayakan hari kemenangannya dihari nan fitri 01 syawal 1438 Hijriyah yang Insya Allah jatuh pada 25 Juni 2017.

Jika kita perhatikan lebih lanjut, dari berbagai ibadah dalam Islam, memang puasa dibulan suci Ramadhan merupakan suatu ibadah yang mendalam bekasnya pada jiwa seseorang. Dalam suatu hadits Qudsi dinyatakan bahwa Allah SWT berfirman: “Semua amal anak Adam (manusia) adalah untuk dirinya kecuali puasa, sebab puasa adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan memberinya pahala.”

Jadi, salah satu hakikat ibadah puasa adalah sifatnya yang pribadi dan sangat personal, bahkan merupakan rahasia seseorang manusia dengan Rabb-Nya. Ibadah puasa membutuhkan adanya kejujuran dan keikhlasan. Antara puasa yang sejati dan puasa yang palsu hanya dibedakan oleh misalnya seteguk air yang dicuri lalu diminum oleh seseorang ketika dia berada sendirian. Inilah yang membedakannya dengan bentuk ibadah lainnya yang sangat mudah dibuktikan oleh orang lain dalam bentuk lahiriyah seperti shalat, zakat, haji dan lainnya.

Seorang muslim tidak perlu khawatir jika puasanya tidak diketahui orang lain atau orang lain menduga bahwa ia tidak berpuasa, karena Allahlah yang menanggung pahalanya. Disamping itu apapun motivasi seseorang berpuasa, tak dapat dipisahkan dari usaha pengendalian diri. Pengendalian diri ini sendiri sangat dibutuhkan oleh setiap manusia baik secara pribadi maupun kelompok.

Puasa juga merupakan sarana utama untuk pendidikan tanggung jawab pribadi. Puasa ini bertujuan tiada lain sebagai upaya mendidik manusia agar menyadari akan Allah yang selalu mengawal dan  menyertai setiap saat dan dimanapun ia berada. Atas dasar kesadaran tersebut hendaknya manusia tidak menjalani hidup ini dengan santai, enteng dan remeh, melainkan dengan penuh kesungguhan dan keprihatinan. Sebab apapun yang diperbuat selama hidup didunia ini akan dipertanggung jawabkan dihadapan sang pencipta. Hal ini sesuai dengan Firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat 31 (QS. Lukman) ayat 33: “Wahai sekalian ummat manusia bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu, dan waspadalah terhadap hari ketika seorang orang tua tidak dapat menolong anaknya, dan tidak pula seorang anak dapat menolong orangtuanya sedikitpun juga.

Sesungguhnya janji Allah SWT itu benar, maka janganlah sampai kehidupan duniawi (kehidupan rendah) memperdayamu sekalian, dan jangan pula kamu terperdaya oleh apapun yang dapat memperdaya.”
Lalu yang menjadi permasalahan bagi kita sekarang ini adalah apa yang harus kita persiapkan dalam menghadapi hari Raya Kemenangan Idul Fitri setelah kita melewati fase-fase berpuasa dibulan Ramadhan, agar Ramadhan yang telah dijalaninya saat ini tidak sia-sia, diantaranya:

Mempersiapkan Hati
Sebagaimana seorang tuan rumah yang baik, datangnya Ramadhan ibarat tamu yang harus disambut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, dan dengan segala ketulusan. Sambutlah Ramadhan ini hingga tiba berakhirnya Ramadhan jelang Idul Fitri dengan sepenuh hati. Momen Ramadhan tinggal beberapa hari lagi ini, penulis mengajak pembaca dimanapun berada untuk memanfaatkan amalan ibadah fardhu dan sunnahnya dengan semangat juang tinggi. Untuk itu diperlukan kemantapan hati yang selalu siap berkorban dan ikhlas dalam menjalankan ibadah-ibadah dibulan suci Ramadhan hingga pada akhir Ramadhan nanti.

Menetapkan Target dan Planning
Target yang ditetapkan sebaiknya jangan terlalu berat, namun jangan pula terlalu ringan sehingga kita tidak mendapat kemajuan yang berarti. Banyak hal yang dapat ditargetkan dalam waktu sebulan tersebut seperti adanya peningkatan ibadah, kepribadian, keilmuan, dan lain-lain. Peningkatan ini tidak hanya dari segi kuantitas namun juga dari segi kualitasnya. Sehingga dalam waktu sebulan ini kita dapat merasakan adanya perubahan dalam diri. Untuk mencapai target yang ditetapkan dapat direncanakan dalam sebulan penuh dibulan Ramadhan ini dengan memperbanyak ibadah wajib, membiasakan shalat tepat waktu, sering membaca Al-Qur’an, menghapal surat-surat pendek yang selama ini belum hafal dan lainnya. Dalam peningkatan kualitas kepribadian, yang harus dilakukan adalah intropeksi diri. Maka momen yang sangat pas bagi kita dibulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini untuk kita manfaatkan evaluasi dan intropeksi diri.
Senantiasa melakukan evaluasi (ihtisab)

Evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana target yang sudah ditetapkan dapat terealisasi. Evaluasi ini dapat dilakukan setiap hari dengan cara mengukur sejauh mana kita dapat menjalankan ibadah sesuai dengan anjuran dan perubahan apa yang terjadi pada sikap dan tingkah laku. Puasa yang telah kita laksanakan selama lebih kurang tiga minggu lebih ini hendaknya bisa mendidik kemauan kita, mengendalikan hawa nafsu kita, membiasakan kita untuk bersikap sabar, dan memunculkan sifat optimis. Disamping itu juga, puasa yang telah laksanakan ini juga melatih diri kita untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan pada kita.

Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad,SAW bersabda: “ Barangsiapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan selalu mawas diri, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah dilakukannya,”. Jadi dengan ibadah puasa itu sendiri, sebenarnya adalah salah satu cara untuk menghisab (mengevaluasi, red) diri.
Demikianlah ke-tiga sub item yang penulis gariskan dalam diri kehidupan kepribadian muslim yang harus kita lakukan dengan senantiasa bertaqwa dan bertawakkal kepada Sang Khalik Pencipta. Semoga diakhir Ramadhan nantinya yang tinggal hitungan jari ini, menjadikan diri karakter kita sebagai insan-nya Allah SWT yang benar-benar mendapat predikat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). Amiin Ya Rabbal A’lamin. Wallahu’alam.


TERKAIT

Opini LAINNYA