Profesionalitas seorang pegawai terekspresi dari kemampuannya mendialogkan kepentingan Negara dan harapan masyarakat. Kebijakan publik tidak selalu mudah untuk dikunyah. Harapan masyarakat seringkali beragam mengikuti keadaan dan sudut pandang.
Oleh karenanya, penting bagi seorang abdi Negara menerjemahkan kebijakan yang sudah diputuskan. Pun kemampuan untuk berpikir jernih, memahami dengan hati setiap masukan. Nyatanya, gambaran kenyataan yang dibayangkan tidak selalu sesuai harapan.
Dua Gelombang Panjang
Meneruskan kebijakan publik dan memastikan implementasinya di lapangan adalah tugas pokok. Seorang abdi Negara menerima persiapan, menggarap proses, hingga mengalkulasi dampak dari kebijakan yang sudah diputuskan. ASN wajib memastikan bahwa kebijakan betulbetul dipahami oleh publik. Bukan hanya itu, pemahaman masyarakat yang benar tentu saja menghasilkan respon masyarakat yang benar.
Kepentingan Negara adalah gelombang pertama. Kendala dari penerjemahan kebijakan publik ini kadangkala berkutat pada waktu, tenaga, kemampuan intelektual dari pembicara dan penerima, serta pendanaan sosialisasi yang kerap terpangkas oleh hal lain yang lebih penting.
Puncak gelombang kedua adalah harapan-harapan publik yang harus dikunyah oleh seorang abdi Negara. Publik terdiri dari berbagai latar kehidupan. Mulai dari perbedaan pendidikan, pekerjaan, suku, agama, golongan, dan nasib. Perbedaan ini kadangkala tampak buram mengingat “seragam” masyarakat sekilas sama. publik tidak bisa dibedakan berdasarkan penuturan, busana, ataupun potongan rambut. Kejelian seorang pelayan publik di uji pada moment ini.
Dilematika Pelayan Publik
Prinsip penugasan seorang pegawai nyatanya terangkum dalam tiga hal; menjadi pelayan publik, komunikator kebijakan publik, dan perekat persatuan bangsa. Kita bayangkan bahwa keamanan senantiasa stabil, masalah masyarakat tidak meningkat, dan perekonomian stabil. Dari bayangan itu diharapkan semua akan berjalan normal.
Namun, kondisi kehidupan bernegara tidak selamanya mulus. Ada saja masalah yang muncul, sekalipun selalu ada solusi dan alternatif setelahnya. Sebagai bagian dari warga Negara, pelayan publik tentu saja memahami keresahan yang dialami oleh masyarakat. Sebagai bagian dari Pemerintah, pelayan publik tentu memahami bahwa setiap kebijakan senantiasa memihak masyarakat ramai, sekalipun tidak semuanya.
Misalnya dalam polemik kenaikan harga bahan pokok, pajak yang dinaikkan, atau biaya pelayanan publik yang naik. Secara batin barangkali Pegawai merasakan beban yang meningkat. Namun, dalam sosialisasi mampu secara profesional mengkomunikasikan kepentingan Negara. Serta senantiasa berharap bahwa setiap kebijakan senantiasa berakhir dengan kebaikan.
Kiat Mempertahankan Profesionalisme
Berlayar di antara dua gelombang berarti mampu menyeimbangkan diri, berlaku adil, dan tidak tendensius pada satu kelompok sudut padang saja. Itu profesionalisme ASN yang pertama. Kedua, kemampuan berpikir sembari menjernihkan batin menyebabkan peningkatan kemampuan. Mendengar menjadi lebih jernih, berbicara menjadi lebih lugas.
Ekspresi profesionalisme yang ketiga adalah ASN tidak berhenti untuk menambah skill dan kemampuan. Kemampuan itu meliputi intelektualitas dalam beragama, perbendaharaan referensi, serta sosialisasi dan sosiologi lapangan yang senantiasa berkembang. Dengan tiga syarat pengembangan profesionalisme itu diharapkan pelayan publik menjadi lebih gembira, menjadi lebih bersemangat untuk mengayuh di antara dua gelombang.
Penulis: Yohanes Dian Alpasa
Penyuluh Agama Kristen Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu