Kepala Kanwil Kemenag Bengkulu Dari Masa Ke Masa

Sejak berdiri tahun 1970, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu telah dipimpin oleh 12 orang kepala Kanwil Kemenag, yaitu:

1. H. Dahdir MS Datuk Asa Bagindo (1970-1975)

Setelah Bengkulu menjadi provinsi tahun 1968, Kantor Kementerian Agama merupakan perwakilan Kementerian Agama yang berkantor di sebuah rumah sewaan di daerah Pasar Melintang. Kondisi kantornya sangat sederhana, hanya terdiri dari 1 ruang terbuka berukuran 6 8 m dengan satu buah meja dan 1 buah mesin ketik besar. Kantor Kementerian Agama Bengkulu pada saat itu hanya membidangi inspeksi dan Urusan Agama Islam. Satu bidang lagi yaitu Bidang Pendidikan Agama Islam dan Penerangan berkantor di Kelurahan Jitra sekarang. yang juga merupakan rumah sewaan. Setelah itu barulah pada tahun 1971 Kantor Perwakilan Kementerian Agama Bengkulu pindah ke Jalan Basuki Rahmat hingga sekarang. Salah satu program kerja Dahdir MS Datuk Asa Bagindo yang menonjol adalah konsolidasi sarana, prasarana dan personalia. Untuk memenuhi kebutuhan pegawai dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, beberapa pegawai dari Rejang Lebong dan Bengkulu Utara dipindahkan ke Kantor Kementerian Bengkulu di Bengkulu.


2. Drs. K.H. Yusuf Abdul Aziz (1975-1980)

Sejak tahun 1975, Perwakilan Kementerian Agama diubah menjadi Kanwil Kementerian Agama. Sebelum menjadi kakanwil, Drs. K.H. Yusuf Abdul Aziz adalah seorang pejabat di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan. Ia dikenal sebagai seorang kiyai yang rendah hati, senang berdakwah dan Bapak yang senantiasa memberikan nasehat bernuansa tamsil kepada bawahannya. Beliau adalah seorang qari yang dikenal dengan keindahan suara, irama dan pengetahuan luas tentang ilmu Al-Qur`an. Namun karena tanggung jawab terhadap Yayasan Teladan yang membidangi madrasah di Palembang yang ia pimpin dan istrinya yang sering sakit, beliau sering pulang ke Palembang. Tugas-tugas keseharian diserahkan kepada Drs. M. Rasyid Kasim yang saat itu menjabat sebagai Kepala Penerangan Agama Islam (Penais). Pada masa awal kepemimpinan Yusuf Abdul Aziz, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu hanya memiliki 18 orang pegawai. Kemudian mendapat tambahan pegawai dalam jumlah besar, sehingga kinerja pelayanan kepada masyarakat menjadi semakin meningkat.


3. Ardani Baki (1980-1981)

Setelah Yusuf Abdul Aziz, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu dipimpin oleh Ardani Baki. Ia adalah kepala yang memimpin dalam waktu paling singkat, hanya satu tahun karena meninggal dunia. Beliau jatuh sakit ketika mengikuti kegiatan peresmian proyek Irigasi Air Manjuto di Bengkulu Utara (sekarang Kabupaten Mukomuko). Karena kondisinya yang semakin mengkhawatirkan, beliau dibawa ke rumah sakit di Palembang, lalu menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit itu.

 


4. H. Baharuddin N. Dj (1982-1992)

Setelah Ardani Baki meninggal dunia, jabatan Kepala di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu sempat mengalami kekosongan selama 6 bulan. Pelaksana tugas kepala diserahkan kepada Drs. M. Rasyid Kasim yang ditunjuk oleh Ardani Baki ketika ia menghadiri peresmian Irigasi air Manjuto, sebelum beliau meninggal dunia. Setelah itu, diangkatlah H. Baharuddin N. Dj, seorang putra daerah sebagai Kepala Kanwil Kementerian Agama Definitif. Baharuddin pada mulanya adalah guru PGAN Curup, lalu pada masa kepemimpinan Ardani Baki sebagai Kakanwil, beliau dimutasikan sebagai Kepala PGAN Bengkulu merangkap sebagai sopir pribadi Ardani dan kemudian diangkat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha kanwil dan kemudian dilantik menjadui Kepala Kanwil termuda dengan golongan III/a. Selama memimpin Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, beliau menerapkan azaz monoloyalitas bagi korpri sebagai implikasi azaz tunggal yang menjadi jargon politik orde baru. Beliau juga menjadi Ketua Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI). Beliau merupakan tipe pemimpin yang birokrat dan politikus.


5. Drs. H. A. K. Ghafur (1992-1997) (2000-2008)

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu selanjutnya adalah Drs. H. A.K Ghafur. Beliau adalah sosok pemimpin yang sederhana, kharismatik, dan low profile. Pada masa kepemimpinannya, terjadi kemajuan dalam hal pembangunan fisik dan non fisik. Program pembangunan yang beliau perjuangkan adalah pembangunan Gedung Asrama Haji Bengkulu di padang Kemiling dan penegerian Madrasah. Pada masa kepemimpinannya, banyak madrasah yang dinegerikan, walaupun fisik bangunannya masih sederhana.

 


6. Drs. H. Ngatidjan (1997-2000)

Pengganti AK.Ghafur adalah Drs. H. Ngatijan yang memimpin dalam kurun waktu cukup singkat, yaitu dua tahun. Singkatnya waktu ini pulalah yang menyebabkan pada masa kepemimpinannya tidak ada perkembangan yang signifikan dan monumental. Karena pada tahun 2000 beliau pindah tugas ke Kantor Kementerian Agama Pusat di Jakarta.

 


7. Drs. H. Mukhtaridi Baijuri, MM (2000-2008)

Pengganti Drs. H. Ngatijan adalah Drs. H. Mukhtaridi Baijuri, MM. Beliau lahir di Tanjung Agung, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada tanggal 14 Juni 1948. Beliau memimpin Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu selama dua periode. Mukhtaridi mengawali karirnya di Kementerian Agama sebagai staf Pembimbing Haji pada tahun 1976 semasa kepemimpinan Yusuf Abdul Aziz. Kemudian beliau menjadi Kasubbag Dalagram (1977), Kabid Penais tahun 1982, Kakanmenag Rejang Lebong (1984), Kabag Sekretariat (1988). Kemudian tahun 1988 beliau menjadi Kepala Biro Administrasi, Keuangan dan Akademik IAIN Raden Fatah Palembang. Tahun 2000 beliau kembali ke Bengkulu sebagai Kepala Kanwil. Semasa kepemimpinannya, beliau melakukan penataan kembali organisasi, struktur serta tupoksi sesuai dengan KMA. Ia berusaha merefungsionalisasi tugas bidang dan jajarannya. Salah satunya adalah penataan tupoksi Bidang Mapenda, Pekapontren dan Penamas yang terkesan tumpang tindih. Beliau juga mereposisi Pembimbing Masyarakat (Bimas) Include sebagai bagian integral Kanwil yang sebelumnya seolah terpisah.


8. H. Taufiqurrahman, SH, MAP (2008-2012)

H. Taufiqurrahman, SH, MAP lahir di Medan, 25 Agustus 1952. Bersama istri Hj. Aswita Lubis, beliau dikaruniai 5 orang anak terdiri dari 2 orang laki-laki dan 3 prang perempuan, yaitu: Moh. Iqbal, SE, Hj. Najlak, A.Md, Hj. Wizni, SH, dr. Hj. Nurazizah dan Mohd. Faisal. Anak-anak beliau semuanya sudah berkeluarga kecuali yang terakhir yaitu Mohd. Faisal masih menempuh pendidikan. Beliau menempuh pendidikan mulai dari sekolah tingkat dasar sampai tingkat atas yaitu dari SD, SMP dan SMA selalu dibarengi dengan menempuh sekolah yang beridentitas agama Islam yaitu Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah, dilanjutkan ke Agama Perguruan Tinggi Sarjana Muda IAIN Sumatera Utara Fakultas Syari`ah dan dilanjutkan menempuh sarjana lengkap pada Fakultas Hukum Administrasi Negara dan pendidikan terakhirnya sebagai Magister Administrasi Publik (MAP). Pekerjaan dan karir beliau banyak dialaminya di Kota Besar Medan Provinsi Sumatera Utara. Dan sejak tahun 2008 sampai sekarang (saat penyusunan profil ini) menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu. Sesuai dengan basis pendidikan yang beliau miliki, maka dalam memimpin kantor ini beliau menerapkan sistem administrasi yang lebih bagus sesuai aturan dan prosedur tata persuratan yang baik. Jabatan penting yang pernah dipegang oleh beliau adalah Kepala Diklat Teknis Keagamaan di Medan tahun 1977-1999. Setelah itu beliau dipercaya menjadi Kepala Bidang Urusan Haji di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1999-2001. Pada tahun 2001-2003 beliau dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Bagian Sekretariat pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara. Setelah itu, tahun 2007-2008 beliau kembali dipercaya untuk memimpin Bidang Haji, Zakat dan Wakaf. Pada tahun 2008 beliau menjadi dosen di IAIN Sumatera Utara hingga akhirnya pada tahun itu juga dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu hingga sekarang. Pada awal kepemimpinannya, H. Taufiqurrahman, SH, MAP melakukan perbaikan dan penyempurnaan sistem administrasi baik keuangan, persuratan, kearsipan, serta sistem tata kelola lainnya di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu dan satker yang ada di bawahnya. H. Taufiqurrahman, SH, MAP memiliki komitmen prioritas yang jelas dan kuat untuk meningkatkan kinerja dan tata kelola. Komitmen ini merupakan paradigma baru dalam sistem tata kelola kepemerintahan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu dan satuan kerja (satker) dibawahnya. Paradigma tersebut adalah adanya visi dan misi yang jelas pada masing-masing satker yang ada di jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu. Upaya tersebut telah ditindaklanjuti dengan mengumpulkan semua satker yang ada di jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu termasuk didalamnya para Kepala KUA dan Kepala Sekolah pada Suatu Rapat Kerja Daerah (Rakerda) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang lalu. Salah satu hasil dari Rakerda tersebut adalah perumusan visi dan misi oleh masing-masing satker. Perumusannya mengacu kepada visi dan misi satker yang lebih tinggi, mulai dari Kementerian Agama Pusat, Kanwil, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, KUA dan Madrasah. Dalam beberapa kesempatan memberikan pengarahan dan pembinaan, beliau selalu mengingatkan kepada seluruh pimpinan satker dan jajarannya untuk senantiasa memahami visi dan misi tersebut. Ia berharap agar pada 2014 mendatang semua visi dan misi tersebut akan terwujud.


9. Dr. H.Suardi Abbas, MH (2012-2015)

 H. Suardi Abbas, SH, MH, merupakan putera ke-3 dari 8 bersaudara yang lahir di Bintuhan pada tanggal 25 Mei 1959. Beliau terlahir dari buah perkawinan antara H. Abbas (Almarhum) dengan Hj. Aminah.

Dalam perjalanan perkawinanya H.Suardi Abbas, SH, MH dan Hj. Murni dikaruniai 4 orang anak yang terdiri dari 2 orang putra dan 2 orang putri.

Putra pertama bernama H. Jhon Hendri, S.Kom, MM, sekarang bekerja di IAIN Bengkulu, Adhi Setiawan, S.Pi yang merupakan putra kedua lebih memilih berwirausaha sebagai jalan hidupnya. Anak ketiga mereka diberi nama Sherly, S.Far, yang pada saat ini sedang dalam proses S2 di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Sedangkan si bungsu Iza Mukiza (almarhummah), meninggal dunia ketika masih kelas IV Sekolah Dasar, pada umur 11 tahun tepatnya tangal 23 Mei 2009 lalu.

H. Suardi Abbas, SH, MH, memulai pendidikannya ketika berumur 7 tahun, tepatnya pada tahun 1966 di Sekolah Dasar (SD) dan tamat pada tahun 1972. pada tahun itu juga beliau melanjutkan pendidikan di PGAN 4 tahun dan tamat pada tahun 1976.

Pada tahun 1978 beliau diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan golongan I/b, sebagai staff di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Bengkulu Utara, dengan jarak tempuh pada waktu itu lebih kurang 14 Jam perjalanan dari Kota Bengkulu dengan menggunakan mobil dan kapal laut. Setelah pemekaran daerah di Provinsi Bengkulu, sekarang KUA Kecamatan Mukomuko Utara telah berganti nama menjadi KUA Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko.

Seiring perjalanan waktu, beliau berpikir bahwa melanjutkan pendidikan merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan. Maka beliau melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda beberapa waktu. Sehingga pada tahun 1995 beliau menamatkan PGAN 6 tahun. Tamat PGAN 6 tahun tidaklah membuat beliau merasa berpuas diri dengan ilmu pengetahuan, bahkan beliau merasa masih sangat kurang dan haus dengan ilmu pengetahuan. Maka beliau melanjutkan pendidikan S1 jurusan Hukum dan setelah itu beliau melanjutkan S2 masih dengan konsentrasi hukum dan tamat pada tahun 2007. Saat ini beliau sedang dalam proses S3 (Doktor) dengan kosentrasi Hukum di Universitas Bandung (UNISBA). Sementara itu, diklat yang pernah beliau ikuti diantaranya adalah diklat kepemimpinan ADUM tahun 2000, PIM III tahun 2005 dan PIM II pada tahun 2013.

Liku-liku perjuangan dan karirnya semuanya ditempuh di Provinsi Bengkulu. Sebagai seorang putra daerah Bengkulu, beliau mengawali kariernya sebagai CPNS Pangkat/Golongan Juru Muda Tk. I (I/b) tahun 1979 dan bertugas di KUA Kecamatan Mukomuko Utara yang merupakan daerah terujung Provinsi Bengkulu, berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat sampai 1 Februari 1981. Pada tahun yang sama tepatnya 1 Febuari 1981 beliau dipindahtugaskan sebagai staf umum Kanwil Depag Provinsi Bengkulu hingga 2 Maret 1983. selanjutnya pada 2 maret 1983 hingga tahun 1996 beliau dipindah tugaskan menjadi bendahara Kantor Depag Kabupaten Bengkulu Utara. kemudian pada tahun 1996 hingga tahun 2000 beliau berpindah tugas menjadi pengawas SD/MI di wilayah Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Utara, tanggal 20 April 2000 sampai 14 Juli 2005 menjabat sebagai kasubbag Humas Kanwil Depag Provinsi Bengkulu, 14 juli 2005 sampai 2 Februari 2012 menjabat sebagai Kandepag Kabupaten kaur. 2 Februari 2012 sampai dengan 25 april 2012 menjabat sebagai Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Seluma.

Setelah menjalani karier kepegawaian dari paling ujung utara Provinsi Bengkulu sampai dengan ujung paling selatan Provinsi Bengkulu, akhirnya pada tanggal 25 April 2012 dengan pangkat/golongan IV/b (Pembina Tingkat I), beliau dilantik oleh Menteri Agama RI di Jakarta dan dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu sampai dengan sekarang.

Dalam masa kepemimpinannya, H. Suardi Abbas, SH, MH, mengedepankan kedisiplinan yang tinggi sebagai landasan utama dalam bekerja. Kedisiplinan dalam bekerja ini diawali dengan kedisiplinan diri beliau sendiri terlebih dahulu, sehingga seluruh jajarannya berusaha untuk ikut berdisiplin dalam melaksanakan tugas. Kedisiplinan jajarannya bukanlah kedisiplinan semu yang takut dengan teguran dan sanksi atasan, tetapi lebih jauh merupakan kedisiplinan yang lahir dari sebuah pembelajaran yang diberikannya. Karena beliau tidak akan memerintahkan disiplin, sebelum beliau berdisplin terlebih dahulu. Berprinsip bahwa “Menjadi contoh dan tauladan jauh lebih baik dan efektif dari pada memberikan ancaman dan sanksi”.

 


10. Drs. H. Bustasar MS,M.Pd (2015 -2020)

Drs.H.Bustasar MS,M.Pd merupakan putera kedua dari 8 bersaudara yang lahir di Tanah Sirah, Padang,  Provinsi Sumatera Barat 56 tahun lalu,dari buah perkawinan antara Bujang dengan Ibu Rosna.

Ia terlahir dari keluarga yang sederhana, Ayahnya seorang pensiunan tentara di yang tinggal di kawasan Taratak Paneh Kecamatan Kuranji, Kota  Padang dan ibunya serorang ibu rumah tangga.

Sikap disiplin dan tegas telah ditanamkan ayahnya sejak Bustasar masih kecil,Sebagai kota seni dan budaya, Padang dikenal sebagai kota religus sehingga membentuk Bustasar menjadi pribadi yang taat beribadah, jujur dan senantiasa menebar kebaikan terhadap sesama.

Dalam perjalanan perkawinannya, Bustasar menikah dengan seorang gadis Aceh bernama Sukmawati dan dikaruniai satu orang anak yakniMuhammad Hafifur Razaq  yang lahir pada tahun 2002.

Pada umur 7 tahun tepatnya tahun 1972, Bustasarkecil mulai bersekolahSDN 1 Kalumbuk, Pauh, Kota Padang. Ia ingat betul kala itu ia menuju sekolah dengan berjalan kaki dengan melewati jalan setapak.

Selesai menempuh pendidikan dasar 6 tahun, kemudian Bustasar melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Durian Tarung dan lulus tahun 1981 dan Madrasah Aliyah Negeri Padang tahun lulus tahun1985.

Seiring perjalanan waktu dan dorongan orang tua, beliau berpikir bahwa melanjutkan pendidikan merupakan suatu keniscayaan yang harus ditempuh. Maka beliau melanjutkan pendidikanstrata 1 (S1) pada fakultas tarbiyah dengan jurusan tadris Bahasa Indonesia dan lulus pada Tahun  1990 di Institut Agama Islam Negeri Padang.

Setelah memperoleh gelar Dokterandus, Bustasar mengadu nasib di Provinsi Bengkulu dengan mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Agama, dan dinyatakan lulus dan mendapat tugas pertama kali mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 jarak jauh Kepahiang yang saat itu masih bergabung dengan Kabupaten Rejang Lebong.

Bustasar telah menempuh pendidikan strata 2 (S2) pada program magister pendidikan dan lulus Tahun 2008. Dan saat ini Bustasar tengah menempuh pendidikan strata 3 (S3) pada program Doktoral Universitas Bengkulu.

Liku-liku perjuangan dan karirnya semuanya ditempuh di Provinsi Bengkulu. Sebagai putra berdarah minang Bustasar mengawali kariernya sebagai CPNS Pangkat/Golongan III/a dengan tugas sebagai pengajar.

Namum dengan kecerdasan dan jiwa pemimpin yang telah dimiliki Bustasar sejak kecil, pada tahun 1997 Bustasar diberi kepercayaan sebagai Wakil Kepala MAN Kepahiang Bidang Kurikulum dan selanjutnya ditahun 1999 Bustasar diangkat menjadi Kepala Madrasah Aliyah Swasta Darul llmi Kabupaten Mukomuko.

Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2000 Bustasar dipercaya menjadi Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Lubuk Mukti Mukomuko. Tahun 2001 menjadi Kepala Madrasah Aliyah Negeri l Ipuh.

Karir kepegawaianya terus meningkat sampai pada akhirnya Bustasar menduduki jabatan struktural sebagai Kepala Departemen Agama Kabupaten Mukomuko yang dilantik pada April tahun 2005. Sebagai Kepala Kemenag Pertama di kabupaten Mukomuko sejak Mukomuko resmi menjadi Kabupaten kala itu.

Delapan tahun dipercaya memimpin di Kabupaten Mukomuko, kemudian Bustasar juga pernah menjadi Kepala Kemenag Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Bengkulu Utara.

Setelah menjalani karier menduduki jabatan esselon 3  pada 3 kabupaten berbeda di Provinsi Bengkulu, akhirnya pada akhir tahun 2015  Bustasar dipercaya Menteri Agama Republik Indonesia menjadi Pgs. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu.

Sampai pada akhirnya pada 10 Oktober  2016 ia dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, dan masih menduduki jabatan tersebut hingga 15 September 2020
 

 


11. Dr. H. Zahdi, M.HI (15 September 2020 s/d 3 Oktober 2022)

Ulet, disiplin, Humoris, tegas, dan ramah tamah. Itulah yang tergambar dari sosok Dr. H. Zahdi Taher.,M.HI. Filosofi hidup yang tertanam kukuh di Zahdi, mengantarkannya pada kesuksesan. Berawal dari seorang pengembala ternak serta berkerja sebagai cleaning service di perantauan, suami dari Megaharyanti itu kini diamanahkan menjadi Kakanwil Kemenag Bengkulu.
 
Dengan ketekunan, doa dan selalu belajar dari peristiwa hidup, laki-laki asal Desa Tunggang Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko itu menceritakan awal perjalanannya ketika  ditinggalkan oleh almarhum Ibunya Aminah pada tahun 1972 atau ketika Zahdi berumur tiga tahun.

Putra buah hati M. Taher yang dilahirkan pada tanggal 19 Oktober 1967 itu, mengharuskan berjuang untuk mencari nafkah, meringankan beban keluarga, dan juga keadaan tak  berkecukupan sehingga memutuskan untuk pergi merantau hingga menempuh pendidikan ke  Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) di Koto Panjang Lampasi Kecamatan Tigo Nagorike Kota  Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat.

Sambil menempuh pendidikan, Zahdi juga mencari uang tambahan untuk membantu  meringankan beban keluarga dengan berkerja sampingan membantu petani mencangkul,  menanam hingga memanen atau menyabit padi serta menjadi pengembala ternak di sawah.  Tinggal sendiri di perantauan tentunya menuntut diri Zahdi untuk melakukan semuanya seorang  diri, terutama di masa-masa awal tinggal di tempat baru dimana ketika belum begitu mempunyai banyak teman yang bisa membantu.

Namun karena mencari kehidupan baru agar bias meraih cita-cita membuat Zahdi terdidik hidup  keras. Sehingga dirinya berprinsip, jangan menyerah belajar mengejar impian, ataupun untuk  menjalani kehidupan.

11 tahun di ranah minang, Zahdi akhirnya memutuskan kembali kekampung halaman di Provinsi  Bengkulu, dan melanjutkan pendidikannya di Pondok pesantren Pancasila. Sama seperti di Kota  Payakumbuh, Zahdi juga berkerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya  pendidikan, yakni sebagai cleaning service dan kuli angkut kayu bakar, untuk bahan bakar  memasak di dapur. Karena para santri, masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar karena  lebih hemat dibandingkan menggunakan kompor.

Zahdi mengakui, selama merantau sejak tahun 1973, dirinya merasa sangat bersyukur. Karena  Ayah dari 3 anakini, dididik menjadi orang yang disiplin, tegas dan mandiri. Namun dukannya,  Zahdi mengaku jarang dijenguk oleh keluarganya.

Namun demikian, merantau di tanah orang mengajarkan dirinya untuk diberi kesempatan untuk  lebih mandiri, kreatif dan pengalaman baru yang lebih memperkaya cerita hidupnya.  Namun, ia tak putus asa. Zahdi mempunyai jurus jitu dalam menghadapi tantangan yang ada di  depan mata.

Ada dua modal utama yang Zahdi pegang untuk menjadi orang sukses yakni beriman, dan  berilmu. Dua kunci rahasia inilah, mengantarkan Zahdi sukses menyelesaikan pendidikan S2 di  IAIN Bengkulu dan S3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Pada tanggal 15  September 2021, sudah genap satu tahun Zahdi menjabat sebagai Kakanwil Kemenag Bengkulu.
 
Dengan capaian ini, Zahdi menyampaikan komitmennya untuk secara konsisten menjaga  integritas pribadi dan komitmennya mempercepat Transformasi Layanan Publik seperti amanah  Menag RI.

Bahkan dihadapan para jajarannya, Kakanwil juga berkomitmen akan transpran, dan terbuka  bahkan siap dikritik jika salah dalam mengambil kebijakan dalam menjalankan program.  Namun demikian, kritik yang dimaksud adalah kritik yang membangun, bukan kritik yang  menjatuhkan.

Dalam kesempatan itu, Kakanwil juga siap mendukung arah kebijakan Menag RI. Langkah ini  ditujukan agar umat beragama memiliki karakter moderat, unggul, maslahat (berdaya guna),  rukun, dan damai.

Begitu juga dengan agama, Kakanwil juga mengingatkan kepada jajarannya bahwa agama  memang harus menjadi inspirasi, dan Kementerian Agama harus menjadi kementerian yang  melayani seluruh agama.

 

12. H. Muhammad Abdu, S.Pd.I,MM ( 3 Oktober 2022 s/d Sekarang)

    H. Muhammad Abdu, S.Pd.I,MM merupakan putra bungsu dari 6 bersaudara yang lahir di Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 10 Agustus 1969, dari buah perkawinan antara Syaharuddin dan Dewa. 

    Ia terlahir dari keluarga yang cukup sederhana ditambah dengan pendididkan yang ditanamkan kedua orang tuanya, maka ia dikenal sebagai seorang anak yang memiliki sikap disiplin dan tegas, sehingga membentuk Muhammad Abdu sebagai pribadi yang taat beribadah, rajin, jujur dan senantiasa terus menebar kebaikan. 

    Dalam perjalanan pendidikannya, beliau menempuh pendidikan di SDN 1 Muara Lakitan, Prabumulih, dan lulus pada tahun 1983, Selanjutnya untuk tingkat SMP beliau merantau ke Kota Bengkulu dan menempuh pendidikan di MTs Pesantren Pancasila dan lulus pada tahun 1986. 

    Setelah menyelesaikan pendidikan di MTs Pancasila Kota Bengkulu, beliau kembali melanjutkan pendidikan di Lubuk Linggau tepatnya di MAN Lubuk Linggau dan selesai pada tahun 1990. Pada tahun yang sama ia juga kembali merantau untuk melanjutkan pendidikannya di IAIN Raden Patah Pelembang dengan menyelesaikan program D.II pada tahun 1992. 

    Setelah lulus Pendidikan Sarjana Muda, akhirnya Muhammad Abdu dipertemukan dengan gadis pujaan hatinya yang sampai saat ini menjadi istri beliau yang beranama Nurbaya yang ia persunting pada tahun 1992 dan dikaruniai 5 orang anak yaitu Khoirunnisa, Mardho Tillah, Hasirul Qodar, Mashudi dan Zahrotun Homsiyah. 

    Tiga tahun berselang, tepatnya pada tahun 1995 nasib mengantarkan beliau lulus sebagai Calon Pengawai Ngeri Sipil (CPNS) guru dengan pangkat pengatur muda Tk.1 (II.b) dan hingga tahun 2003 beliau tercatat aktif sebagai seorang pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Lubuk Kupang Kabupaten Musi Rawas. 

    Karir PNS beliau dimulai pada tahun 2003 setelah ia diberi amanah sebagai Kepala MIN Lubuk Kupang Kabupaten Musi Rawas hingga tahun 2007 dan saat menjabat sebagai kepala MIN, Muhammad Abdu juga sambil mengikuti kuliah tingkat Sarjana S.1 di STAIS Bumi Silampari dan selesai pada tahun 2004.

    Dengan menerapkan kerja yang sungguh-sungguh dan disipilin,  pada tahun 2007 ia dirotasi untuk mendudduki jabatan sebagai kepala MTsN Lubuk Lingguu dan dua tahun kemudian ia kembali dipromosikan dengan jabatan sebagai Kepala MAN 2 Lubuk Linggau. 

    Pada tahun 2010 Muhammad Abdu memutuskan untuk meniti karir pada jabatan Struktural dengan menjabat sebagai Kasubbag TU Kantor Kementerian Agama Kota Lubuk Linggu hingga tahun 2013. 

    Dengan berbagai prestasinya, karir Muhammad Abdu terus meningkat dengan dilantik sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Musi Rawas Selama tiga tahun, untuk selanjutnya dirotasi menjadi kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Muara Enim selama kurang lebih 3 Tahun dan pada saat itu juga beliau kembali melanjutkan pendidikan Magister di STIE Musi Rawas dan selesai pada tahun 2018

    Pejalanan karir beliau tidak terhenti sampai disitu, setelah pada tahun 2018 ia dipromosikan menduduki jabatan eselon II yaitu sebagai Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan IAIN Curup selama lebih dari 4 Tahun dan pada akhirnya pada 3 Oktober 2022 dia diberi amanah oleh Menteri Agama untuk menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu hingga sekarang. 

    Selain aktif pada beberapa organisasi keagamaan, seperti Ketua LP Ma'arif  NU Lubuk Linggau dan Dewan Penasehat Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama, atas dedikasi dan jasa jasanya Kandidat Doktor ini juga telah memperoleh tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 10 dan 20 tahun dari Presiden Republik Indonesia.