Oleh: Brenny Novriansyah, M.Pd (Tenaga Pendidikan pada MAN I Model Bengkulu)
Ketika Puslitbang Kemenag RI meminta saya untuk menjadi peserta ujicoba buku panduan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) guru madrasah pada bulan September 2013 lalu, terbersit dalam pikiran saya untuk mencoba melakukan survei terhadap siswa kelas XII jurusan IPA, yang saya ajar.
Survei itu saya lakukan sebagai langkah awal untuk mendeteksi kesulitan belajar Bahasa Arab siswa kelas XII. Tulisan ini menceritakan tentang langkah awal yang harus dilakukan seorang guru sebelum melakukan penelitian tindakan kelas. Karena, seperti yang diungkapkan oleh Prof. Rusman Tumanggor saat mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas guru peserta uji terap buku Panduan PTK oleh Puslitbang Kemenag RI di Hotel Narita – Tangerang pada 5 Desember 2013 lalu, bahwa penelitian tindakan kelas adalah self action research yang berarti merefleksikan diri atas apa yang telah dilakukan sebagai upaya meningkatkan diri dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas yang berdampak terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
Hal penting yang perlu dilakukan guru saat melakukan penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan belajar yang muncul di kelas. Tentunya guru peneliti selaku obyek penelitian lebih tahu permasalahan yang dihadapi siswanya di kelas. Identifikasi permasalahan PTK dapat dilakukan dengan survei, baik melalui pengamatan langsung maupun menggunakan lembar angket. Guru membuat catatan-catatan hasil pengamatan langsung tentang permasalahan yang muncul dan dialami oleh siswa di kelas. Setelah itu peneliti membuat instrumen survei yang akan dibagikan kepada siswa sebagai data awal yang melatarbelakangi penelitian tersebut dilaksanakan.
Khususnya pada mata pelajaran bahasa, terdapat empat kompetensi dasar yang mesti dikuasai oleh siswa yaitu; kompetensi mendengarkan, kompetensi membaca, kompetensi berbicara, dan kompetensi menulis. Keempat kompetensi dasar ini menjadi indikator dalam pertanyaan survei yang diajukan ke siswa. Survei ini terfokus pada tingkat penguasaan siswa terhadap empat kompetensi tersebut yang terbagi menjadi empat tingkatan yaitu; sangat susah(SS), susah(SH), sedang(SD), mudah(MD), dan sangat mudah(SM). Siswa kelas XII IPA diminta untuk menconteng salah satu tingkatan tersebut pada tiap-tiap kompetensi dasar yang dirasa memang cocok dengan kondisi yang mereka alami.
Hasil survei menunjukkan pada aspek “mendengarkan” 96% siswa menyatakan susah, pada aspek “membaca” 88% siswa menyatakan susah, dan pada kompetensi “berbicara” terdapat 92% siswa menyatakan susah, sedangkan pada kompetensi “menulis” 100% siswa menyatakan susah. Dari hasil survei ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi menulis menempati urutan pertama sebagai masalah belajar Bahasa Arab, dan kompetensi mendengarkan menjadi urutan kedua, disusul kemudian kompetensi berbicara diurutan ketiga, dan kompetensi membaca menempati urutan termudah. Dari kesimpulan tadi maka saya mendeteksi sesungguhnya kesulitan terbesar yang dihadapi siswa adalah menulis Bahasa Arab.
Setelah masalah sesungguhnya terdeteksi, baru kemudian saya akan mencoba berbagai inovasi metode pembelajaran sebagai treatment/tindakan solusi kreatif untuk menggali potensi menulis yang terdapat dalam diri siswa. Hernowo (2005: 67) mengungkapkan bahwa percaya atau tidak, kita semua bisa menjadi penulis. Disuatu tempat didalam diri kita ada jiwa yang unik yang berbakat yang mendapatkan kepuasan mendalam karena menceritakan suatu kisah, menerangkan bagaimana melakukan sesuatu atau sekedar berbagi rasa dan pikiran.
Setiap siswa memiliki potensi menulis didalam dirinya hanya saja pada pembelajaran Bahasa Arab, kompetensi menulis seringkali diabaikan oleh guru, dan bahkan indikator yang dikembangkan dari kompetensi dasar menulis hanya sedikit sehingga alokasi waktu untuk menggali potensi ini menjadi tidak maksimal.
Untuk mengatasi suatu permasalahan belajar perlu dicarikan obat yang tepat untuk penyakit yang diderita dan perlu diukur pula dosis yang tepat sehingga tahap penyembuhannya selama dua siklus atau tiga siklus dapat mencapai hasil yang maksimal dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Setelah mencoba berbagai metode pembelajaran, maka saya memutuskan untuk menerapkan metode make a match berbasis pancingan kata sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan kompetensi menulis Bahasa Arab siswa. Rinci hasil penelitian ini, saya paparkan di tulisan PTK saya tentang “penerapan metode make a match berbasis pancingan kata sebagai upaya meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas XII IPA 3 pada MAN I Model Bengkulu”.