Persiapan Menghadapi Kematian Isi Tausiyah Yang Di Sampaikan Penyuluh Agama Islam Kecamatan Sukaraja

Seluma (Humas) - Kematian merupakan hal yang pasti, meski tak seorang pun tahu kapan datangnya. Nabi Muhammad saw menyebut orang yang mempersiapkan dirinya untuk bekal kehidupan setelah mati sebagai orang cerdas. Sebaliknya, orang yang tenggelam dalam nafsu duniawi, disebut Nabi sebagai orang yang lemah.

Dunia sesungguhnya hanyalah tempat kita menanam bekal menuju kehidupan yang kekal nan abadi. Apa yang akan kita terima di akhirat merupakan hasil dari apa yang kita tanam di dunia,mengawali materi yang di sampaikan Penyuluh Agama Kecamatana Sukaraja  Badoar Batu Bara di Majlis Taklim Al-Ikhlas Desa Padang Kuas,Jum’at,18/10/24.

Kepastian akan adanya kematian itu seperti dalam firman Allah  yang artinya: Setiap jiwa pasti merasakan  mati (QS Ali ‘Imran ayat 185)  .  Sedangkan  sabda Nabi saw yang menganjurkan kita mempersiapkan menghadapi kematian yang artinya adalah :  Orang cerdas adalah orang yang rendah diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan  berangan-angan atas Allah,(HR al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya), jelas Badoar.

Lanjut Badoar untuk itu ada Tiga hal  persiapan untuk menghadapi kematian  yaitu: 1.  Mengerjakan amal-amal saleh.  Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan. Dalam sebuah firman-Nya, Allah swt menyatakan Artinya:  Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun (QS al-Kahfi: 110).  

Amal saleh yang dimaksud dalam ayat di atas adalah segala bentuk perbuatan baik yang steril dari riya (pamer) dan sesuai dengan tuntunan syariat. 

2. Menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Sebagaimana mengerjakan amal saleh, yang tidak kalah penting adalah menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunnah.

3. Segera bertobat. Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia. Yang bermasalah  adalah membiarkan diri berlarut-larut dalam perbuatan dosa.   

Kematian yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya, menuntut seorang manusia agar segera bertobat setiap kali melakukan dosa, untuk menghindari akhir yang buruk dalam perjalanan hidupnya (su’ul khatimah). Agama menekankan untuk senantiasa memperbarui tobat dari segala perbuatan maksiat. (Eka/JA)
 


TERKAIT

Berita LAINNYA