REJANG LEBONG (HUMAS)---- Setiap pasangan suami istri (pasutri) yang akan melangsungkan pernikahan tentunya menginginkan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Kebahagiaan ini adalah sesuatu yang mahal dan tidak datang begitu saja; ia memerlukan proses serta pembelajaran dari masing-masing pasangan. Dalam konteks ini, kebahagiaan rumah tangga bukanlah hasil yang instan, melainkan hasil dari usaha dan perjalanan yang melibatkan berbagai tantangan.(17/10/24)
Hal ini disampaikan oleh Penyuluh Agama Sindang Kelingi ,Samijan, S.Ag., M.HI, dalam sesi bimbingan perkawinan yang digelar di Aula Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sindang Kelingi pada Kamis, 17 Oktober 2024. Dalam bimbingannya, Samijan menekankan bahwa Islam mendorong setiap pasangan yang menikah untuk mengelola keluarganya demi terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Meskipun menciptakan suasana ini tidaklah mudah, hal tersebut juga bukan sesuatu yang mustahil. Proses membangun rumah tangga yang harmonis adalah perjalanan berkelanjutan yang memerlukan komitmen dari setiap pasangan.
Samijan menguraikan beberapa kunci untuk menciptakan rumah tangga bahagia, di antaranya: kesatuan dalam rumah tangga, niat ibadah, menjalankan peran masing-masing, serta saling memahami dan menutupi kekurangan. "Kesatuan dalam rumah tangga sangat penting dan harus disiapkan sebelum pasangan melangkah lebih jauh dalam kehidupan berumah tangga," ujarnya.
Lebih lanjut, Samijan menegaskan bahwa memiliki tujuan yang sama dalam berumah tangga sangatlah vital. Tanpa nilai-nilai dan landasan yang sama, akan sulit untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Dalam Islam, dianjurkan agar pasangan menikah dalam satu agama, yaitu sesama Muslim, untuk memperkuat ikatan di antara umat Islam. Perbedaan agama dapat mempengaruhi nilai-nilai yang ada dalam sebuah keluarga.
Samijan juga mengingatkan tentang pentingnya niat dalam setiap tindakan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa setiap amalan tergantung pada niatnya. Niat yang baik, seperti menikah untuk ibadah, akan menghasilkan kebahagiaan yang lebih mendalam. Niat ini sangat penting karena dalam menjalani rumah tangga, suami dan istri bisa saling membangun akhlak, mengingatkan satu sama lain, serta menghasilkan keturunan yang baik.
Kunci kebahagiaan lainnya adalah menjalankan peran masing-masing. Suami memiliki tanggung jawab terhadap istri, dan sebaliknya. Peran istri sebagai pendukung suami, sekaligus ibu dan pendidik bagi anak-anak, sangatlah penting dalam menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga. "Rumah tangga ibarat sebuah organisasi yang memerlukan pemimpin untuk menjaga harmoni. Dalam hal ini, Islam menjadikan laki-laki sebagai pemimpin," jelas Samijan.
Dalam setiap rumah tangga, suami dan istri memiliki fungsi, karakter, dan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, saling memahami dan menutupi kekurangan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan. Perbedaan seharusnya tidak menjadi sumber perdebatan atau pertikaian. Sebaliknya, setiap kekurangan harus ditutupi oleh kelebihan masing-masing pasangan.
Dengan demikian, perjalanan menuju kebahagiaan dalam rumah tangga bukanlah perkara yang mudah, tetapi dengan komitmen, niat yang baik, dan saling mendukung, setiap pasangan dapat membangun kehidupan yang harmonis dan penuh berkah.(slamet)