Bengkulu Tengah (Humas) – Sexual Abuse atau Kekerasan Seksual atau suatu perbuatan atau penyimpangan yang dilakukan beberapa orang yang salah dalam memahami apa itu seks atau seksual dan melampiaskannya pada orang dewasa atau lawan jenis bahkan anak-anak pun tak luput dari sasaran.
Untuk memahami dampak dari Kekerasan Seksual atau Sexual Abuse, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama Kab. Bengkulu Tengah mengikuti Seminar Nasional dengan tema “Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasa Seksual” yang digelar oleh Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Alauddin Makassar dan berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Alauddin Makassar, Kamis (11/02).
Seminar Nasional tersebut mengahadirkan empat narasumber yaitu, Prof Alimatul Qibtiyah selaku Devisi Sub Komisi Pendidikan Komnas Perempuan RI, Dr Mahrus El- Mawa MA selaku Koordinator PSGA se PTKI, DR dr Fitriah Zainuddin, M Kes selaku Kepala Dinas P3A dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Sulsel, dan Dr Rosmini Amin selaku Kepala PSGA UIN Alauddin Makassar.
Webinar Nasional ini dipandu oleh Dr.Nila Sastrawati, selaku Divisi Advokasi PSGA UIN Alauddin Makassar. Turut hadir Rektor UIN Alauddin Makassar Prof.Hamdan Juhannis, MA.,Ph.D serta Hj.Eny Yaqut Cholil Penasihat DWP Kemenag RI yang didapuk sebagai Keynote Speaker dalam seminar kali ini.
Sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis berharap kegiatan tersebut dapat memperkaya perspektif sebagai bahan dalam penyusunan draft Peraturan Rektor terkait Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual Di Lingkup UIN Alauddin Makassar, ““Masukan-masukan dari para Narasumber yang expert dalam isu ini, tentu akan menjadi basis pertimbangan dalam penyusunan Peraturan Rektor itu nantinya” ujar beliau.
Di waktu yang sama, Hj.Eny Yaqut Cholil memaparkan bahwa kekerasan seksual merupakan masalah global yang masih marak terjadi dan bahkan terus berulang, baik di ruang privat, maupun di ruang publik. Terlebih lagi, lanjut Eny, di masa pandemi yang masih terus berlangsung, kekerasan menjadi rentan terjadi akibat dari bertambahnya angka konflik, baik di dalam rumah tangga maupun masyarakat.
“Pola kekerasan seksual tidak mudah diduga dan dapat menimpa siapa saja, mulai dari balita hingga orang yang berusia lanjut, dan paling banyak dialami oleh perempuan,” papar istri dari Menag RI tersebut.
Ketika ditemui usai mengikuti Webinar, sebagai Ketua DWP Kemenag Kab. Bengkulu Tengah Hj.Miniarti Sipuan menjelaskan. Seminar ini sangat penting untuk diikuti, karena tindakan kekerasan berdasarkan perbedaan gender terus saja terjadi di Indonesia. Menurut Miniarti Sipuan, kekerasan seksual adalah masalah bersama yang harus diakhiri sekarang juga.
“Sebenarnya kasus pelecehan seksual ini bagaikan fenomena gunung es, yang terlihat kecil tetapi didalamnya sangat dalam sekali,” jelasnya.
Lanjutnya, bagaimana membangun keluarga yang demokratis dan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan juga berpengaruh untuk mencegah fenomena sexual abuse serta penekanan pada masyarakat bahwa setiap tindak kekerasan termasuk kekerasan seksual adalah kejahatan
“Untuk mengatasi hal ini (sexual abuse) di masyarakat perlu dilakaukan tindakan dari berbagai lapisan masyarakat. Misalnya, dari setiap individu menuntut pendidikan keseteraan gender dan pendidikan seksual yang komprehensif agar tahu dan terhindar dari kekerasa,” pungkas Miniarti. (pay)