Rejang Lebong (Inmas) -- Salah satu dari makna penting keberadaan seni sarafal anam bagi masyarakat Bengkulu khususnya masyarakat Kecamatan Bermani Ulu adalah Kebersamaan dan Kerjasama. Pertunjukan sarafal anam ini memerlukan keterlibatan banyak orang minimal 20 orang. Nilai nilai kebersamaan itu tercermin dalam kerjasama saling bersahut antara kelompok pembaca syair inti dengan kelompok pembawa lagu jawab, karena pertunjukan sarafal anam ini berlangsung terus sampai syair pokok habis. Kerjasama tersebut dibutuhkan dalam rangka mengatur energi suara dan gerak memukul gendang.
Untuk meningkatkan kerjasama antar anggtota group sarafal anam, dan guna melestarikan kesenian srafal anam ini, maka Kepala Desa Tebat Tenong Dalam Guntur Gunawan membuat kegiatan Pelatihan bersama Kesenian Sarafal Anam.
Kegiatan Pelatihan Sarafal Anam ini dilaksanakan selama 3 hari di mulai tanggal 28 samapai tanggal 30 Desember 2017. Bertempat di Masjid Nurul Asma desa Tebat Tenong Dalam Kecamatan Bermani Ulu, di mulai pukul 08:30 WIB.
Kegiatan Pelatihan ini di buka oleh Kepala KUA Kecamatan Bermani Ulu Samijan, S.Ag, MHI mewakili Camat Bermani Ulu yang berhalangan hadir dan sekaligus pengisi materi pada hari pertama pada Pelatihan kegiatan Sarafal Anam Ini.
Samijan Mengatakan bahwa Kesenian Sarafal anam ini sudah sangat langkah, sudah tidak banyak lagi yang melestarikan kesenian ini, di Kabupaten Rejang Lebong hanya tinggal beberapa kelompok lagi, dari 15 kecamatan hanya 4 kecamatan yang masih melestarikan kesenian Sarafal Anam ini, jika tidak kita lestarikan kesenian ini maka kesenian ini akan berhenti bahkan bisa hilang tinggal namanyanya saja, terang samijan.
Lanjut Samijan, Sarafal Anam selain sebagai kesenian bernuansa keIslaman juga dapat menciptakan keindahan, gairah dan kerjasama dalam tiem yang nantinya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari di tengah tengah masyarakat. Kesenian ini juga menggambarkan tentang bagaimana Islam masuk ke ranah Bengkulu yang telah mengakar dalam waktu yang cukup lama. Syair syair Islam yang dinyayikan sebagai penggugah semangat dan sebagai syiar Islam di Bumi Raflesia ini harus kita lestarikan, agar cagar budaya yang baik ini tidak musnah tergerus oleh budaya Barat yang semakin deras melanda anak negeri, pungkasnya. (sm).