Lebong (Humas) - Pembelajaran abad 21 menuntut guru untuk mengembangkan pembelajaran yang adaptif, inovatif, kolaboratif, komunikatif dan kontekstual. Faktanya banyak guru yang masih tertinggal dalam adaptasi. Dunia pendidikan perlu berbenah dalam satuan terkecil yaitu satuan pendidikan atau individu guru guna melakukan gerakan perubahan menuju pembelajaran yang sesuai dengan kodrat zaman, Selasa (14/5/2024).
Pemerintah mulai memfokuskan literasi dan numerasi yang tergambar dalam Asesmen Nasional dan tertuang pada Rapor Pendidikan. Dalam 6 aspek yang tertera pada Rapor Pendidikan dapat dilihat capaian literasi dan numerasi dalam satuan pendidikan. Sayangnya masih banyak sekolah/madrasah perubahan kurikulum, inovasi pembelajaran dan pembelajaran kontekstual berbasis literasi dan numerasi yang kurang memperhatikan Rapor Pendidikan sebagai basis data perbaikan mutu pendidikan. Asesmen Nasional cukup menggambarkan tingkat literasi dan numerasi sebagai bahan evaluasi sekolah/madrasah.
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Pada paradigma lama, literasi diidentikkan sebagai kemampuan membaca dan menulis, namun pada perkembangannya literasi dimaknai sebagai upaya memaknai proses membaca dan menulis serta pembelajarannya.
Dalam rapor pendidikan literasi dimaknai sebagai peserta didik memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat. Dalam definisi tersebut membaca dimaknai secara luas tidak hanya memperoleh informasi namun juga memahami hingga merefleksikan berbagai jenis teks. Kini literasi berkembang menjadi enam macam literasi diantaranya literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
Guru fisika MAN 2 Lebong Asmi Astuti, S.Pd menjelaskan dalam proses pembelajaran telah menerapkan literasi numerasi, literasi sains serta literasi digital pada peserta didik Madrasah Aliyah Negeri 2 Lebong. Pengintegrasian literasi pada mata pelajaran fisika menjadi hal yang sangat penting dilakukan guna meningkatkan hasil literasi pada satuan pendidikan.
"Pandangan bahwa literasi hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia adalah sepenuhnya salah. Semua pelajaran dapat menerapkan literasi bahkan pada pelajaran yang dominan dengan menghitung sekalipun. Selain proses pembelajaran, asesmen juga menjadi satu hal penting pada literasi. Asesmen dapat merangsang anak agar terbiasa membaca bacaan panjang pada stimulus, menyimpulkan, mengevaluasi hingga memaknai untuk selanjutnya mendapat informasi penting dan solusi dalam asesmen,”. ujar Asmi.
Disisi lain, numerasi adalah kecakapan untuk menggunakan berbagai angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari. Terdapat banyak pandangan keliru dalam memaknai numerasi seperti :
Numerasi hanya untuk mata pelajaran berhitung seperti matematika, fisika, kimia, ekonomi dan lain – lain.
Mata pelajaran yang cenderung mengandalkan teks seperti bahasa maupun sosial tidak perlu menerapkan numerasi Berhitung sudah pasti literasi
Pandangan-pandangan tersebut perlu dibenahi. Numerasi sangat erat dengan konsep matematis sehingga mata pelajaran seperti matematika, kimia, fisika dan ekonomi akan sangat mudah melaksanakan numerasi baik pada pembelajaran maupun asesmen. Namun, konsep berhitung dasar belum bisa disebut numerasi apabila belum dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran seperti sejarah, pendidikan Pancasila, maupun agama sekalipun dapat menerapkan numerasi dengan kadar tertentu.
Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general dan mendasar. Kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial, maupun profesional.
Numerasi lintas kurikulum membelajarkan numerasi tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran matematika namun dapat juga diimplementasikan pada pembelajaran non-matematika dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan mempertimbangan kesempatan numerasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Di tempat terpisah Kepala Madrasah Zulkarnain, M.Pmat, berharap seluruh guru MAN 2 Lebong dapat melakukan inovasi pembelajaran dan pembelajaran kontekstual berbasis literasi serta numerasi pada seluruh mata pelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik melalui berbagai pelajaran melalui pengajaran yang berpusat pada peserta didik,” jelasnya. (AS)