Hadroh dan Aqiqah Menjaga Tradisi Di Tengah Modernitas Di Desa Niur Kecamatan Sukaraja

Seluma (Humas) -  Di Desa Niur Kecamatan Sukaraja tradisi aqiqah anak selalu diiringi dengan alunan musik hadroh. Suara rebana dan lantunan shalawat menciptakan suasana khidmat dan sakral, menambah kekhusyukan dalam acara syukuran tersebut. Hadroh yang dipimpin oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Sukaraja Qomaroddin yang anggotanya penduduk setempat tampil mengenakan pakaian muslim  menambah keindahan dan keunikan prosesi.

Di tengah arus modernitas yang semakin kuat, tradisi aqiqah dengan hadroh ini mulai terlupakan. Banyak keluarga kini memilih mengadakan aqiqah secara sederhana tanpa melibatkan hadroh. Generasi muda pun kurang tertarik untuk mempelajari dan melestarikan musik hadroh.Faktor utama yang mempengaruhi adalah perubahan gaya hidup dan modernisasi yang mengakibatkan minimnya penerus tradisi ini,ungkap Qomaroddin.

Qomaroddin menjelaskan Aqiqah  adalah tradisi penyembelihan hewan sebagai tanda syukur atas kelahiran seorang anak dalam keluarga Muslim. Selain sebagai bentuk syukur, akikah juga memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam. Dalam prosesi ini, biasanya dilakukan penyembelihan kambing, dua ekor untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan, yang kemudian dagingnya dibagikan kepada kerabat, tetangga, dan orang-orang yang membutuhkan.

Hadroh adalah sejenis musik tradisional yang menggunakan alat perkusi, seperti rebana, untuk menghasilkan irama yang khas. Musik ini biasanya diiringi dengan lantunan shalawat atau pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Di Desa Niur  hadroh tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai pengiring dalam berbagai acara keagamaan, termasuk prosesi aqiqah, ujar Qomar.

Prosesi aqiqah yang diiringi hadroh merupakan warisan budaya yang sarat akan nilai-nilai keagamaan dan sosial. Melestarikan tradisi ini bukan hanya tentang menjaga sebuah kebiasaan lama, tetapi juga tentang menghargai dan merawat identitas budaya local. (Eka/JA)

 


TERKAIT

Berita LAINNYA