Bengkulu (Informasi dan Humas) 10/12- Senin, 8 Desember 2014 merupakan hari yang naas bagi Rahmat Safari, S.Pd.I, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kota Padang Kabupaten Rejang Lebong. Pria yang mengabdi sebagai Kepala KUA ini mengalami perampokan di desa Taktoy Kecamatan Padang Ulak Tanding.
Kronologis kejadian bermula ketika korban mengendarai sepeda motor dinas Revo dengan nomor polisi BD 3231 KY dalam perjalanan pulang dari Kecamatan Kotapadang menuju kota Curup. Tanpa disadari korban, tiga perampok membuntuti dengan mengendarai sepeda motor Supra Mentereng warna hitam.
Tepat di desa Taktoy, tiga pelaku menyerempet motor korban kemudian menerjang korban hingga terjatuh. Dalam kondisi terluka, korban diancam oleh pelaku dengan pisau. Karena takut nyawanya terancam, korban segera lari menyelamatkan diri menuju rumah penduduk. Kemudian tiga perampok yang berbadan tinggi besar berumur sekitar 30-35 tahun langsung merampas motor dinas.
Dalam kondisi cemas, korban menyetop mobil yang kebetulan melintas dan meminta tolong agar diantarkan ke Polsek Padang Ulak Tanding. Setelah melaporkan peristiwa yang dialaminya, korban kemudian pergi ke rumah Kepala KUA Kecamatan Sindang Beliti Ulu, M. Taufik, S.Pd.I di pasar Padang Ulak Tanding untuk meminta perlindungan. Setelah shalat Maghrib, korban pulang menuju kota Curup dengan menumpang sebuah mobil.
Sebenarnya, peristiwa perampokan bukan sekali ini saja dialami oleh pegawai KUA di lingkungan Kankemenag Rejang Lebong. Peristiwa perampokan juga pernah dialami oleh Pegawai KUA Sindang Beliti Ulu, Evriyanto. Pada Selasa 18 Maret 2014 yang lalu, Evri dirampok ketika hendak pulang dari KUA SBU menuju rumahnya di PUT. Saat melintas desa Lawang Agung menuju desa Apur, Evri dirampok oleh dua orang pelaku yang menggunakan sebo. Dalam peristiwa itu korban kehilangan sepeda motor kesayangan dan menderita patah tangan.
Di samping itu, pegawai KUA Padang Ulak Tanding juga pernah mengalami aksi penjambretan dalam perjalanan dari Padang Ulak Tanding menuju rumahnya di kota Lubuk Linggau serta menderita kerugian materi.
Masih dalam tahun 2014, Penghulu KUA Binduriang, Bastul Biri, S.Sos.I juga hampir mengalami perampokan ketika pulang dari KUA Binduriang menuju Curup. Karena sadar dirinya dibuntuti oleh perampok, Bastul langsung masuk ke rumah penduduk guna menyelamatkan diri.
Penulis sendiri ketika masih bertugas di Kecamatan Kotapadang dan Binduriang sudah merupakan hal yang biasa menyaksikan aksi perampokan di jalan lintas Curup – Lubuk Linggau. Hingga sekarang kondisi tidak semakin membaik. Sudah berulang kali pergantian Kapolsek, Kapolres, Kapolda, bahkan Koramil pun telah dibangun di jalan lintas ini, tetap saja para penjahat melakukan aksinya. Telah banyak perampok yang tertangkap, bahkan tewas tertembak, tapi ibarat pepatah mengatakan: mati satu, tumbuh seribu.
Keamanan merupakan kebutuhan mendasar bagi para pegawai di dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Karena itu, kepada pemerintah diharapkan memberikan jaminan keamanan kepada para pegawai yang bertugas, apalagi bagi seorang Kepala KUA dan Penghulu yang sering turun langsung ke desa-desa terpencil guna memimpin prosesi akad nikah.
Kepada masyarakat, diharapkan menjaga keamanan di wilayah masing-masing. Tidak cukup mengandalkan aparat saja. Wilayah luas, sementara jumlah aparat sangat terbatas. Masyarakat selalu menuntut pelayanan prima dari para pegawai, akan tapi di sisi lain pegawai sering menjadi korban tindak kejahatan.
Penulis : Bulkis, S.Th.I, MHI/C **
Redaktur: H.Nopian Gustari