Lebong (Inmas), Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Lebong menggelar dialog lintas agama dengan tokoh masyarakat Kabupaten Lebong di aula Kantor kementerian Agama kabupaten Lebong pada Rabu (06/09).
Dalam laporannya ketua panitia H. Darul Maukuf mengatakan dialog yang bertujuan menjaga kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Lebong ini dihadiri oleh 30 orang peserta terdiri dari pemuka agama baik Islam, Kristen, Katolik. Serta organisasi keagamaan sepertu MUI, NU dan Muhammadiyah dengan narasumber Kasat Intelkam Polres Kabupaten Lebong Ngatmin SH, dan Kepala Kantor Kemenag Lebong H. Juni Muslimin MA
Kasat Intelkam Polres Lebong Ngatmin, SH dalam materinya mencegah radikalisme dan intoleran menyampaikan negara Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dan bermacam-macam agama yang dianut serta beribu-ribu suku bangsa dan bahasa hal ini akan berpotensi konflik, bahkan menjadi incaran politik yang mengatasnamakan agama tertentu hal ini perlu kita waspadai untuk mencegah segala kemungkinan yang akan terjadi.
“Di Kabupaten Lebong sendiri dengan penduduknya yang majemuk baik agama maupun suku bangsa, sampai saat ini tidak di temui adanya paham radikal atau pun aliran sesat seperti halnya Gapatar dan HTI di daerah lain, dan jika ada hal-hal yang mencurigakan kepada tokoh masyarakat maupun tokoh agama segera laporkan kepada pihak-pihak yang terkait”kata Ngatmin SH
Sementara itu Kepala kantor kementerian Agama Kabupaten Lebong H. Juni Muslimin MA mengatakan bagi bangsa Indonesia kemajemukan merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak, namun tidak semua perbedaan ada tetapi perbedaan itu menjadi pandangan hidup. Dalam perjalanan sejarah bangsa ini berbagai macam kerusuhan seperti di ambon dan daerah daerah lainya namun dapat dilalui dengan baik oleh bangsa ini.
“Untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama harus ada komponen yang mengikat semua kelompok sosial yang berbeda untuk menghindari terjadinya konflik, maka Undang- Undang Dasar 45 dan Pancasila sebagai falsafah Negara adalah hasil dari pada pendiri bangsa yang bertoleran dan terbuka dalam beragama serta perwujudan kearifan lokal adat dan budaya yang mampu menyatukan bangsa ini dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika” kata H. Juni. (Bibin)