Bengkulu (Informasi dan Humas) 1/3- Selain pada tataran para Tokoh Agama, Kerukunan Umat Beragama di Indonesia dan khususnya di Provinsi Bengkulu harus ditumbuhgkan hingga akar rumput, Kata Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Prof.Dr.H.Abdul Djamil,MA, Jumat (28/2).
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Temu Tokoh Lintas Agama di Hotel Santika Kota Bengkulu yang dihadiri oleh Gubernur Bengkulu, Bupati Benteng, Ka.kanwil kemenag Provinsi Bengkulu serta seluruh tokoh lintas dari Sepuluh Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu.
Menurut Abdul Djamil Konsep membangun kerukunan Umat Beragama saat ini harus mulai diarahkan hingga ke akar rumput dan tidak hanya melakukan dialog-dialog kerukunan bersama para tokoh lintas agama.
Hal itu menurut dia, sangat beralasan karena, pada kenyataannya beberapa konflik keagamaan yang terjadi di Negeri ini cenderung terjadi pada tatanan akar rumput bukan pada tataran para tokoh dan pemuka agama yang cenderung lebih mengerti arti sebuh keberagaman dan pentingnya menjaga kerukunan sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang dianut.
“Kita harus ketahui bersama bahwa konflik-konflik yang terjadi khususnya konflik yang terkait dengan akidah itu terjadi pada tatanan akar tumput, dan ini perlu menjadi renungan dan tuntunya sebagai tokoh agama harus mampu meredam dan tidak menyulut konflik karena kerukunan itu ibarat gelas kristal yang bila dibenturkan akan pecah berantakan,” ujarnya.
Melihat kondisi itu, Kementerian Agama saat ini sedang menggalakkan Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama (GJS-KUB) yang maksudnya untuk menumbuhkan rasa kebersamaan antar pemeluk agama yang satu dengan agama lainnya dan diharapkan dengan berjalan bersama akan menumbuhkan keakraban dan pada akhirnya akan menumbuhkan rasa saling menghormati serta menyayangi antar pemeluk agama.
“Alangkah indahnya jika semua perbedaan yang ada bisa disatukan dengan gerak jalan sehat bersama, mudah-mudahan gerak jalan sehat kerukunan umat beragama di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan pada 1 Maret 2013 dapat mempererat rasa kebersamaan dan saling menghormati antar pemeluk agama,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam temu tokoh lintas agama yang bertajuk Harmonis dalam Keberagaman tersebut juga diberikan kesempatan kepada lima tokoh agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha untuk menyampaikan sepatah kata terkait kerukunan umat beragama dan kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh para tokoh agama tersebut.
Kelima tokoh agama tersebut adalah Syukron Zainul tokoh agama Islam, Pdt JB Hutabarat tokoh agama Kristen, Jaka Purwanto tokoh agama Katolik, AA Nyoman Sri Kusuma tokoh agama Hindu, dan A. Hadi Agam mewakili tokoh agama Budha.
Memberikan sambutan mewakili umat Islam, Syukron menyatakan bahwa silaturahim ini merupakan moment bersejarah. “Pertama kali, ada acara silaturahim dari pusat, sesuatu yang sangat luar biasa, semua unsur tokoh agama diundang Kemenag Pusat, untuk bertemu dan berdiskusi. Meski secara pribadi, kami sudah saling bertemu dan hidup rukun, tapi silaturahim seperti ini, harusnya ada tiap tahun, karena sangat baik untuk kami,” terangnya.
Syukron juga menyatakan bahwa sebagai mayoritas, Umat Islam yang jumlahnya mencapai 97% selama ini menunjukkan sikap yang baik dalam pergaulan sehari-hari.
Senada dengan Syukron, Pdt JB Hutabarat yang mewakili Agama Kristen mengungkapkan, bahwa Umat Kristen sangat mendukung acara seperti ini. “Selamat datang di Bumi Raflesia, kami sangat mendukung acara seperti ini, dan jika bisa, tiap tahun diadakan. Bukan basa-basi, kami masyarakat Bengkulu hidup rukun,” ungkap Hutabarat
“Peran Pemrov dan Kanwil Kemenag sangat menonjol sebagai jembatan dan pengayom seluruh agama di sini. Bengkulu merupakan salah satu wilayah paling aman di Indonesia. Semoga Tuhan merahmati dan meridhoi kita, agar ke depan, Bengkulu makin religius, nasionalis dan aman,” harapnya.
Hutabarat juga menyatakan bahwa Menag adalah seorang negarawan sejati. Menurutnya, buku tentang kiprah Menag yang bertajuk “Suryadharma Ali: Gagasan, Ucapan, dan Tindakan dalam Mencerahkan Pendidikan Islam dan Kerukunan Umat” menunjukkan semangat kebangsaan Suryadharma Ali.
Jaka Purwanto, perwakilan dari Katolik pun menguatkan pernyataan di atas. “Kami hidup rukun, dan umat Katolik tidak pernah merasa diminoritaskan. Benar-benar nyaman, damai dan tidak diusik, ketika kami menjalankan peribadatan. Bahkan saat kami merayakan Natal, banyak saudara muslim yang datang dan berkunjung. Begitu pula sebaliknya,” ungkap Jaka.
Sementara perwakilan Hindu, Nyoman Sri Kusuma merasa bangga dengan silaturahim kali ini. Nyoman Sri Kusuma mengungkapkan kebanggaannya karena bisa duduk bersama dan berharap acara seperti ini bisa dilaksanakan setiap tahun. “Kami hidup rukun, damai tenteram, dan tidak dibeda-bedakan,” tambah Nyoman Sri Kusuma.
Hal yang sama disampaikan Perwakilan Budha, Hadi Agam. “Benar, kami benar-benar hidup rukun. Kami bisa bertetangga dengan baik” terang Hadi
Hadi menerangkan bahwa mayoritas penganut Agama Budha adalah pedagang. Sebagai pedagang, harus baik terhadap semua masyarakat, kalau kita sakit, tetangga yang akan bantu kita. Jadi gak ada gunannya kita bertikai. “Kami merasa nyaman dan terlindungi. Terima kasih” tambah Hadi.
Dalam kesempatan tersebut, Hadi dan para tokoh agama, mengucapkan banyak terima kasih atas peran Kanwil Kemenag Bengkulu yang selama ini, mampu menjadi pengayom dan sangat membantu.
Penulis : Jaja/G-penk **Redaktur: H.Nopian Gustari