Kota Bengkulu (Humas) - Penghulu Ahli Madya Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sungai Serut, Madsani, S.Ag menjelaskan asal usul tradisi nasi tumpeng yang merupakan wujud syukur kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dilansir dari Syiar Budaya Islam Kemenag RI, Nasi Tumpeng dalam tradisi Jawa merupakan akronim dari yen metu kudu mempeng (kalau keluar harus sungguh-sungguh). Selain itu, kata Madsani, Nasi Tumpeng memiliki aneka lauk pauk sebagai gambaran ekositem kehidupan manusia.
Dijelaskan Madsani yang lahir di Cirebon itu, untuk simbol-simbol dari Nasi Tumpeng sebagai bahan lauk pauk untuk pembuatan Nasi Tumpeng, yang pertama, bentuk kerucut, melambangkan keagungan Tuhan, kedua, memiliki tujuh (pitu) lauk, dalam bahasa Jawa bermakna pitulungan (pertolongan).
"Ketiga, telur bermakna kebulatan tekad manusa, keempat, puncak nasi tumpeng melambungkan harapan untuk hidup yang lebih baik bagi manusia, kelima, warna kuning pada nasi bermakna kemakmuran, dan keenam, ayam melambangkan kepatuhan kepada sang pencipta". Jelas Madsani kepada Kontributor Berita KUA Sungai Serut, (9/12/2024).
Namun begitu, Madsani menilai tradisi tumpeng ini seiring waktu mengalami adaptasi sesuai dengan arifan pada setiap daerah, namun, inti dari tradisi ini tetap terjaga yaitu sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan serta kebersamaan manusia. (Fadian/PopiHumas)