Rejang Lebong (Inmas) --- Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Rejang Lebong (RL), Drs. H. Lapulangi, MM meminta seluruh jajarannya menyukseskan Peringatan Hari Santri Nasional (HSN). Hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober akan dirayakan dengan berbagai kegiatan, di antaranya upacara dan istighasah atau zikir akbar.
“Kita selaku keluarga besar Kementerian Agama RL harus menjadi orang pertama yang menyukseskan Peringatan Hari Santri. Karena itu segera bentuk Panitia Penyelenggara serta rencana kegiatan. Insya Allah acara akan diisi dengan kegiatan upacara dan zikir/istighasah”, tegas Lapulangi ketika memimpin Rakor Kepala KUA beberapa waktu lalu.
Kepala Kemenag RL juga meminta jajarannya untuk melakukan kerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia serta Pengurus Pondok Pesantren saat menggelar Peringatan Hari Santri Nasional.
Untuk diketahui bahwa Hari Santri Nasional merujuk pada peristiwa bersejarah yang membawa bangsa Indoensia meraih kemerdekaan dari para penjajah. Yakni Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober tahun 1945 di Surabaya untuk mencegah kembalinya tentara kolonial Belanda yang mengatasnamakan NICA.
Hasyim Asy’ari sebagai ulama pendiri NU menyerukan jihad dengan mengatakan bahwa “Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap individu.”
Seruan Jihad yang dikobarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari itu membakar semangat para santri Arek-arek Surabaya untuk menyerang markas Brigade 49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.
Jenderal Mallaby pun tewas dalam pertempuran yang berlangsung 3 hari berturut-turut tanggal 27, 28, 29 Oktober 1945, ia tewas bersama dengan lebih dari 2000 pasukan inggris yang tewas saat itu.
Hal tersebut membuat marah angkatan perang Inggris, hingga berujung pada peristiwa 10 November 1945, yang tanggal tersebut diperingati sebagai hari Pahlawan.
Kemerdekaan Indonesia memang tidak lepas dari para santri dan ulama, karena memang tak hanya tentara yang berperang melawan penjajah, tercatat banyak ulama dan santri yang ikut berperang untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Itulah mengapa tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. (Bulkis)