BENGKULU (HUMAS) --- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Dr. H. Muhammad Abdu, S.Pd.I, M.M menyampaikan apresiasi kepada Umat Katolik di Provinsi Bengkulu, yang ikut menggelar aksi solidaritas mendoakan saudara-saudara umat muslim di Palestina.
Hal ini diungkapkan Kakanwil ketika membuka kegiatan pembekalan pengurus Dewan Pastoral Paroki, Stasi Lingkungan, Pradiakon, kelompok kategorial periode Tahun 2023-2026, di Gedung Serba Guna Santo Alaysius, Kota Bengkulu.Minggu,(19/10/2023).
‘’Doa yang Bapak Ibu kirimkan adalah sebagai wujud keprihatinan umat Kaolik di Bengkulu terhadap konflik yang terjadi di Palestina. Mudah-mudahan umat di seluruh penjuru dunia, dengan hati yang penuh rasa empati untuk juga ikut mendoakan mereka yang menjadi korban dari konflik dan bencana kemanusiaan yang terjadi,’’ ungkap Kakanwil.
‘’Karenanya mari kita bersama-sama merapatkan barisan, bersatu hati dalam doa bersama, sebagai tanda solidaritas dan kepedulian kita,’’ lanjut Kakanwil didampingi Pembimas Katolik B. Riyanto.,S. Ag.
Dengan demikian, ungkapan doa juga bagian dari implementasi dukungan umat Katolik terhadap program Penguatan Moderasi Beragama. Karenanya Kakanwil juga menitipkan empat pesan khusus kepada umat agar mengimplementasikan itu, melalui empat indicator Penguatan Moderasi Beragama.
Pertama, menjaga Komitmen Kebangsaan, Umat Katolik dituntut untuk mampu menerapkan hal ini sebagai bentuk rasa cinta tanah air.
“Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Politik, dimana umat harus mampu menerapkan 4 Indikator atau nilai-nilai dari Moderasi Beragama Agar mampu mengciptakan dan menjaga suasana yang tetap Kondusif,’’ pintanya.
Kedua adalah Anti Kekerasan, sikap Anti Kekerasan ini harus bisa menjadi cerminan sikap dari seluruh umat Katolik.
“Perbedaan Pendapat atau pilihan itu hal yang biasa dalam dinamika kehidupan, tapi jangan sampai perbedaan tersebut memunculkan pertentangan yang berdampak pada tindakan kekerasan atau merendahkan pilihan orang lain, kita harus mampu menjaga ketentraman” bebernya.
Indikator yang ketiga adalah menghargai Budaya local atau kearifan lokal, Kakanwil meyakini Umat Katolik sudah menerapkan hal ini dengan Baik.
“Menghargai budaya juga termasuk dalam indikator moderasi beragama, tapi saya yakin semua umat sudah paham dengan konsep ini. Apalagi di Bengkulu banyak suku adat yang ikut membaur bersama dengan Jemaah,’’ tegas Muhammad Abdu.
Indikator yang terakhir, yaitu Toleransi. Kakanwil menegaskan kepada Seluruh umat untuk mampu menjaga sikap toleransi ini terutama sikap dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
“Kita tidak boleh melalukan deskriminasi layanan kepada masyarakat, semua diberlakukan sama,’’ demikian Kakanwil.