BENGKULU (HUMAS) --- Kegiatan Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama (PMB) bagi ASN, tokoh agama dan ormas di lingkungan Kemenag Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah resmi ditutup oleh Kabag Tata Usaha Dr. H. Ajamalus.,M.H mewakili Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Provinsi Bengkulu H.Muhammad Abdu.,S.Pd.,I.,M.M.
Sosialisasi PMB bagi masyarakat, di gelar di Mercure Kota Bengkulu berlangsung Kamis – Minggu, tanggal 1 Agustus sampai dengan tanggal 4 Agustus 2024. Kegiatan mengusung tema, ‘’Penguatan Moderasi Beragama Bangun Harmony Untuk Bengkulu Rukun dan Maju’’.
‘’Tema ini menuntut Bapak/Ibu peserta untuk melawan krisis keteladanan yang menjadi tantangan bangsa Indonesia, dengan menjadi Role Model Moderasi Beragama,’’ ungkap Ajamalus.
Apalagi selama mengikuti materi PMB, para peserta telah diberikan sejumlah materi berupa studi kasus dalam menerapkan dasar-dasar atau konsep Moderasi beragama. Selain itu, wawasan kebangsaan, sketsa kehidupan keberagaman, sikap diri ASN Kemenag. Yang tidak kalah penting, nara sumber juga mengupas terkait analisis sosial dengan perangkat analisis gunung es, membangun gerakan kepemimpinan dan kepeloporan.
‘’Harapan kami, Bapak/Ibu termotivasi dan terdorong untuk terus meningatkan kualitas layanan yang semakin professional, sehingga tercapainya kerukunan umat beragama di Bengkulu,’’ pinta Ajamalus.
Sementara itu, dalam paparan sejumlah narasumber menegaskan bahwa ASN, tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memberikan nilai utama yang positif ini meliputi bersikap dan bertindak adil berimbang serta menjunjung tinggi martabat kemanusiaan dan kemaslahatan umum dengan mengimplementasikan melalui empat indikator Penguatan Moderasi Beragama.
Pertama, menjaga Komitmen Kebangsaan, umat di Bengkulu dituntut untuk mampu menerapkan hal ini sebagai bentuk rasa cinta tanah air.
“Sehingga ada titik temu, persamaan persepsi agar mampu menciptakan dan menjaga suasana yang tetap Kondusif ditengah-tengah masyarakat,’’ ungkap Imam Ghozali.,M.Pd, perwakilan fasilitator dalam orientasi ini.
Selanjutnya, indikator yang kedua adalah Anti Kekerasan, sikap Anti Kekerasan ini harus bisa menjadi cerminan sikap dari seluruh ASN Kemenag.
“Jangan sampai perbedaan tersebut memunculkan pertentangan yang berdampak pada tindakan kekerasan atau merendahkan pilihan orang lain, kita harus mampu menjaga ketentraman” pintanya.
Indikator yang ketiga adalah penerimaan terhadap tradisi, nara sumber ini meyakini ASN Kemenag di Bengkulu sudah menerapkan hal ini dengan Baik.
“Menghargai budaya juga termasuk dalam indikator moderasi beragama, tapi saya yakin semua ASN sudah paham dengan konsep ini,’’ bebernya.
Indikator yang terakhir, yaitu Toleransi. Dia menegaskan kepada Seluruh ASN, tokoh agama dan ormas untuk mampu menjaga sikap toleransi ini terutama sikap dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
‘’Empat indikator penting yang telah dipaparkan oleh nara sumber ini, saya minta agar segera dilaksanakan dan diimplementasikan ditengah-tengah umat,’’ demikian Ajamalus mengakhiri.