Mukomuko (Humas) - "Bahasa Menunjukan Bangsa" demikianlah kata pepatah. Bertepatan dengan Hari Pahlawan pada Rabu, 10 November 2021 MIN 7 Mukomuko melakukan kegiatan yang unik, yakni mengunjungi para perintis Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyah Islamiyyah (MITI) yang kemudian berganti nama menjadi MIN Tirta Makmur, hingga sekarang dikenal dengan nama MIN 7 Mukomuko. Para perintis merupakan Pahlawan bagi MIN 7 Mukomuko. Pahlawan yang memproklamirkan sebuah wadah belajar berbasis Agama Islam sejak Desa Pondok Makmur tempat MIN 7 Mukomuko ini berdiri bertahun-tahun silam. Desa transmigrasi yang dulunya jauh dari aroma kemajuan dan kemudahan akses seperti saat ini. Di tengah rimba dan diantara rawa-rawa para Pahlawan sepakat untuk mendirikan MITI agar anak-anak penduduk transmigran dapat mengecap pendidikan yang layak meski tidak setara dengan sekolah-sekolah di daerah maju pada zaman itu.
Dihari Pahlawan yang harum akan bunga-bunga yang gugur di medan perang, MIN 7 Mukomuko tak sekadar ingin mengenang, melainkan juga turun tangan memberikan apresiasi dan penghormatan kepada para Pahlawan yang telah berjasa mewujudkan raga MIN 7 Mukomuko dengan memberikan bingkisan dan buah tangan.
"Ada 6 Pahlawan Perintis MIN 7 Mukomuko yang kami kunjungi kemarin, yakni Ayahanda Asirudin, Ayahanda Samsuri, Ayahanda Amin Sumardi, Ibunda Koringah, Ayahanda Achmad Markam dan Ibunda Rochjati. Sebenarnya ada banyak orang-orang yang merintis MIN 7 Mukomuko ini dulunya, namun kami tidak bisa mengunjungi semuanya Insyaallah pada kesempatan lain, kami akan datang bersilaturahmi. Tidak banyak yang bisa kami berikan, namun semoga ini mewakilkan rasa bangga dan hormat kami kepada para perintis Madrasah yang kami sebut Pahlawan," ungkap Yuli.
Semua orang terdiam, mendengar dengan penuh seksama tatkala Achmad Markam bercerita sejarah berdirinya Madrasah.
"Kami hanya pemula yang berjuang semampu yang kami bisa kala itu. Saat ini semua sungguh serba mudah. Kemajuan teknologi, transportasi dan komunikasi membuat semua kerumitan yang kami alami dulu tak akan dirasakan oleh Bapak/Ibu guru sekarang ini. Kita mungkin tidak bisa mendapatkan upah yang layak dari Madrasah di dunia ini, namun apabila kita mengabdi dengan ikhlas percayalah bahwa Allah mencukupkan kita dengan apa yang kita butuhkan di akhirat kelak. Keringat Bapak/Ibu juga akan bersaksi atas segala kepenatan. Dan percayalah Allah akan beri jalan agar Bapak/Ibu bisa makan. Maka semangatlah mempertahankan dan memajukan madrasah kita ini. Kami yang sudah bau tanah ini akan selalu mendoakan Bapak/Ibu sekalian," ungkap Achmad.
Perwakilan siswa-siswi dan majelis guru serta karyawan MIN 7 Mukomuko ikut serta dalam kegiatan ini. Sedari pagi hingga siang hari. Jarak satu rumah ke rumah yang lain tidaklah dekat, tetapi dengan niat dan semangat yang kuat semua rencana berjalan dengan lancar.
"Air mata saya juga ikut tergenang. Rasa bangga dan bahagia mendengar sejarah berdiri dan perjuangan para Pahlawan demi tegak dan bertahannya Madrasah ini. Tidak terbayang bila di masa itu mereka harus berjalan kaki belasan kilo untuk mengurus segala sesuatunya, hanya demi anak cucu mereka terdidik sebagaimana mestinya. Dan saat ini saya dan kawan-kawan sejawat hanya meneruskan perjuangan mulia itu. Berjuang, mengabdi dan berkarya dengan lebih baik. Apa yang telah mereka lakukan tidak lagi sekadar berani tapi juga gagah dan bernilai ibadah. Jasa mereka tak akan lapuk karena hujan juga tidak akan lekang oleh panas mentari," pungkas Tania.
Salamiah menambahkan bahwa silaturahmi hari ini selain untuk memberikan pengajaran kepada siswa-siswi akan pentingnya sejarah juga mengajarkan betapa hati nan ikhlas itu jauh lebih mulia.
"Sekarang Alhamdulillah ada sedikit honor yang diberikan kepada kami guru honorer, dulu para perintis madrasah ini hanya diupah senyum semringah siswa-siswi saja tapi semangat mereka tak pernah padam. Saya akan belajar banyak dari kisah-kisah teladan mereka," tambah Salamiah. (NJT)