Pendidikan Madrasah

Buku Sejarah MAN Insan Cendekia se-Indonesia Jadi Kado Terindah Hari Guru Nasional dan Hari Amal Bakti Kementerian Agama RI ke-74

Bengkulu Tengah (Humas) -   Dalam rangka menyambut Hari Amal Bakti (HAB) ke-74 Kementerian Agama RI tim penulisan sejarah MAN Insan Cendekia se-Indonesia melaksanakan pelatihan penulisan buku sejarah MAN Insan Cendekia se-Indonesia sebagai tindak lanjut pembahasan mengenai penyusunan buku sejarah dan pembuatan program kerja MGMP guru Sejarah MAN Insan Cendekia se-Indonesia yang dilaksanakan di Banda Aceh 13-16 November 2021.

Tim penulis terdiri dari guru sejarah dan guru bahasa indonesia yang berasal dari 23 MAN Insan Cendekia se-Indonesia, khusus MAN Insan Cendekia Bengkulu Tengah mengirimkan 1 tim yang terdiri dari Dicky Irawan, S.Pd. (guru sejarah) dan guru Bahasa Indonesia Desmi Yati, M.Pd.  Tim ini  berkolaborasi dalam penulisan buku Sejarah MAN Insan Cendekia se-Indonesia  dengan target mendokumentasikan sejarah berdirinya MAN IC di masing-masing provinsi.

Ide ini sesungguhnya digagas oleh Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM) yang juga Kepala MAN IC Serpong Dr. Abdul Basyit, M.Ag  yang  memiliki komitmen kuat untuk membuat buku  sejarah MAN Insan Cendekia se-Indonesia. “Buku ini perlu disusun, sebagai bukti  perjalanan panjang MAN Insan Cendekia se-Indonesia selain  itu buku ini juga sebagai hadiah untuk bapak Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam rangka memperingati Hari Amal Bakti Kementerian Agama RI ke-74. Selain itu momen ini juga sekaligus menjadi ajang pertemuan perdana guru Sejarah MAN  Insan Cendekia se-Indonesia di Ranah Rencong ini,” ungkap Abdul Basyit.

Ketua MGMP guru Sejarah dalam Penulisan Buku Sejarah MAN IC se-Indonesia, Syamsul, S.Pd. saat diwawancarai di Hotel Grand Arabia Banda Aceh usai melakukan pertemuan dan pelatihan pembuatan buku sejarah MAN IC se-Indonesia berkomentar bahwa Pak Basyit memandang bahwa MAN IC ini milik kita semua, jadi semua orang yang aktif di dalam pembentukan itu harus muncul juga sebagai pelaku. Selama ini sejarah itu tidak mencerminkan kebersamaan dalam pembentukan MAN IC,

 “Ini melibatkan sebuah studi ilmu sejarah, bagaimana pembuktian-pembuktiannya. Jadi tidak bisa lagi katanya-katanya, karena sejarah itu ada fakta yang harus dipertanggungjawabkan,” jelasnya.  Semua fakta yang tercerai-berai itu mau disatukan dalam satu meja. Ini tidak bisa kami sendiri karena ada teorinya, jadi butuh para tokoh-tokohnya langsung,” jelas Syamsul lagi

Zulfan selaku kepala MAN IC Aceh Timur mengaku bahwa bukti dan tokoh-tokoh yang ikut terlibat dalam pembentukan MAN  masih ada hingga sekarang, oleh karenanya sejarah ini akan dikenalkan melalui pelatihan dengan mengundang para tokoh agar sejarah tidak bias lagi.

Ia juga menjelaskan bahwa sesuatu dapat dikatakan sejarah apabila telah memenuhi empat hal wajb. Empat hal yang dimaksud adalah tokoh atau pelaku, peristiwa yang terjadi, tempat dan waktu, serta rangkaian peristiwa yang terjadi. . (Humas MAN IC Bengkulu Tengah).

 


TERKAIT

Pendidikan LAINNYA