Rejang Lebong (Inmas) -- Bulan ini merupakan bulan dimana Rasulullah SAW dilahirkan, sebagai Madrasah yang berlandaskan kepada Islam maka MTs. Baitul Makmur Curup melalui OSIS mengadakan peringatan Hari Lahir Rasulullah SAW yang sudah di rencanakan dan disetujui oleh Ka. Madrasah
Kegiatan maulid ini adalah kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh OSIS MTs. Baitul Makmur Curup dengan harapan menjadi sarana Pendidikan Bagi Pengurus dan juga santri di MTS. Baitul Makmur Curup. Kgiatan ini diikuti oleh seluruh santri MTs. Baitul Makmur Curup beserta pada dewan asatidzah dan beberapa undangan dengan mendatangkan penceramah Ust. Badrul Husni BA, kegiatan ini dilaksanakn di Masjid Agung Baitul Makmur Curup Lantai satu.
Dalam sambutannya H. Usep Saepudin, S.Ag. M.Pd menyampaikan dihadapan seluruh Majlis Malid bahwa “Rasulullah SAW adalah pendidik umat, kita yang tidak bertemu langsung dididiknya sejak banbgun tidur hingga tidur kembali”
Dalam ceramahnya Ust. Badrul husni menyampai agar Rabiul Awal (yang masyhur dikenal sebagai bulan lahir dan wafatnya Rasulullah Muhammad Saw) sebagai momentum untuk memperingatinya, sebagai ungkapan kecintaan kita kepada Rasulullah Saw, untuk menghidupkan ghirah keislaman kita, membina semangat profetis agar bulan-bulan selanjutnya sampai ke bulan Rabiul Awal selanjutnya yang kita lakukan adalah kerja-kerja kenabian.
Secara sosiologis, dengan asumsi kehidupan manusia di abad ini, dengan kecenderungan bergaya hidup konsumeristik, hedonistik, dan materialistik, punya andil cukup besar terhadap terkikisnya tingkat kesadaran seseorang termasuk kecenderungannya dalam beragama, maka peringatan maulid Nabi menjadi tuntutan religius yang penting. Kita berupaya menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah agar membuat takjub kaum muslimin dan pada saat yang sama membuat murka musuh-musuh Islam. Kesemarakan yang terjadi dalam setiap peringatan Maulid bukanlah untuk dilarang, tetapi untuk diluruskan penyimpangan yang terjadi di dalamnya, untuk diarahkan kepada penghayatan makna peringatan perjalanan nabi sesungguhnya. Kesemarakan adalah bagian dari syiar agama, sementara syiar sendiri bagian dari pendalaman agama. Dengan syiar para ulama atau tokoh agama bisa berperan dalam membina masyarakat.
Diharapakan dengan pelaksanan kegiatan ini tidak adal lagi santri yang tidak mengetahui sejarah dan bisa mengambil pelajaran serta i’tibar yang baik darinya. (wajdi)