Nur Kholis Setiawan : ‘’Wujudkan Kerjasama dan Koordinasi’’

//Dari Pembinaan Sekjend Kemenag RI

BENGKULU (INMAS) – Sekretaris Jenderal (Sekjend) Kementerian Agama RI Prof. Dr. Phil. H.Muhammad Nur Kholis Setiawan, M.A mengajak seluruh jajaran Kementerian Agama Provinsi Bengkulu untuk bersyukur bahwa capaian kinerja yang telah dilaksanakan di tahun 2019 sudah menunjukkan prestasi yang maksimal yakni capaian serapan di angka 96 persen. Dengan demikian, Sekjend meminta agar prestasi ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

‘’Pertama dalam sejarah kita mempunyai prestasi serapan yang luar biasa, sampai kemarin data yang saya terima sudah mencapai 96 persen. Dan ini belum terjadi dalam sejarah di kemenag, karena itu dengan tingginya serapan kita harapkan dibarengin dengan baiknya akuntabilitas, dan mari kita sama-sama berjuang untuk mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),’’ kata H.Muhammad Nur Kholis Setiawan ketika memberikan pembinaan ASN Kakanwil Kemenag Provinsi Bengkulu Sabtu, (4/1/2020).

Untuk mempertahankan prestasi tersebut, menurut Sekjend Kemenag RI ini, jajaran Kanwil Kemenag Provinsi Bengkulu harus tetap semangat dengan memiliki cita-cita yang sukses dalam berkerja dengan mewujudkannya melalui kerjasama dan koordinasi. Karena Koordinasi dan kerjasama menjadi tanda kunci bagaimana Kemenag sebagai instansi vertikal mampu melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing.  ‘’Hal itu sejatinya merupakan subtansi dan esensi dari kepemimpinan,’’ ujarnya sembari mengilustrasikan bahwa tantangan kepemimpinan saat ini yakni di era ultra modern karena memang saat ini adalah generasi alfa.

Aparatur Kemenag yang diibaratkannya sebagai generasi X akan menghadapi tantangan dengan generasi milenial atau generasi penerus bangsa saat ini yang sudah terpengaruh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui dunia maya. Karena itu, kata dia, inilah yang menjadi tugas berat aparatur yang berkiprah di Kemenag, dimana dituntut mampu memfosisikan diri sebagai motivator bagi anak-anak atau generasi penerus saat ini. Seperti mereka yang saat ini dalam memahami ajaran agamanya masing-masing.

‘’Anak-anak cara mereka memahami agama dengan kita sudah berbeda, kalau kita belajar struktural ada ustadnya, ada gurunya, ada pendetanya, kalau anak kita tidak lagi seperti itu. Mereka sebagian besar belajar melalui media sosial. Apakah Instagram atau apakah Facebook, apakah yang lain-lain yang tidak kenal dengan batas waktu. Kita yang hidup sudah mulai 50 atau sudah diatas 37 tahun, ini sudah merasakan jarang tempuh geografis dan jarak tempuh. Tetapi bagi anak kita mereka tidak mengenal itu, karena mereka hidup didalam era atau dalam masa yang tidak mengenal batas geografis dan batas waktu. Kesendrian mereka di kamar, bukan berarti mereka sedih. Tetapi mereka asyik ngobrol dengan teman-temannya di dunia maya. Itulah anak kita sekarang,’’ jelas H.Muhammad Nur Kholis Setiawan.  

 Dengan demikian, tantangan pertama kalau berbicara agama yakni bagaimana seoarang orang tua bisa mengimbangi kemajuan teknologi dengan menerapkan pola keagamaan yang modern. Karena memang saat ini, orang tua harus mampu menghadapi ancaman dan tantangan yang luas untuk menghadapi pengaruh-pengaruh tersebut.

‘’Memahami agama dengan cara kita masih bisa mengamalkan ajaran pola belajar agama dengan pola kegamaan yg modern. Ini memang luar biasa, Sehingga kalau kemenag punya tugas untuk meningkatkan kualitas layanan kehidupan kegamaan dan meningkatkan harmonis sosial dan kerukunan umat beragama dan meningkatkan pendidikan agama dan keagamaan.  Tetapi paradigma kita masih menggunakan cara-cara lama, menurut saya kita akan ketinggalan. Oleh Karena itu siapapun kita, ujian kepemimpinan yang pertama adalah ujian relevansi. Masihkah  mampukah kita menjadi pemimpin untuk anak muda sekeliling kita?,’’ tanya nya.

Diakhir pembinaannya, dia juga menjelaskan bagaimana peran agama yang moderat sekaligus prilaku keagamaan yang moderat dan modern. Bahwa ada beberapa indikator yang harus dicermati untuk menjadi acuan bersama dalam rangka menjaga kerukunan umat beragama dan beragama, indikator tersebut adalah terbuka, mengedepankan akal sehat, sadar dengan keterbatasan diri, rendah hati dan berpikir untuk kemanusiaan.  Dengan demikian, semua tindakan dalam menjalankan tugas agar dapat diawali dengan niat ibadah dan memperoleh pahala.

‘’Semua akan sangat mudah kita lakukan, asalkan kita niat ibadah, siapapun kita, posisi kita yang di emban jika diniatin ibadah insyallah mendapatkan pahala. Seperti Ketika Bapak ibu menjalankan fungsi sebagai ASN di kemenag diniatin dari awal dengan ibadah yang awalnya mubah bisa menjadi pahala,’’ demikian H.Muhammad Nur Kholis Setiawan.  (Tatang)

 


TERKAIT

Wilayah LAINNYA